London (ANTARA News) - Kemoderatan umat Islam di Indonesia merupakan aset diplomasi di luar negeri dan dialog antar umat beragama dan sifat moderat itu bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia, karena sudah dipraktekkan jauh sebelum dialog antar agama atau "interfaith" itu populer di dunia khususnya di Kerajaan Inggris. "Bahkan Indonesia memprakarsai dialog antar agama, meskipun banyak pihak yang mempertanyakannya," ujar Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia, Marti M Natalegawa, ketika menerima peserta "Education Management Training" bagi pimpinan pesantren yang berada dibawah naungan PB NU di KBRI London,Senin. Education Management Training berlangsung selama sebulan dari tanggal 10 April hingga 5 Mei di University of Leeds itu diikuti 12 pengasuh pondok pesantren dari Papua, Palu, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, NTT, Sulawesi Tengah, Pekalongan, Pontianak, Lamongan dan Depok itu merupakan hasil kerja sama PB NU dengan Pemerintah Inggris dan British Council untuk yang keempat kalinya. Selain mengikuti kursus, para peserta juga mengadakan peninjauan ke berbagai sekolah yang mirip dengan pesantren serta mengadakan diskusi antar pemimpin agama" The Three Faiths Forum" dan berkunjung ke gereja, sinagoq yang berada di Golders Green, London. Lebih lanjut Dubes mengatakan Indonesia selalu mengambil peran dalam dialog antar tokoh umat beragama, meskipun banyak pihak yang mempertanyakan hubungan interfaith ini dengan diplomasi dan kaitannya dengan hubungan luar negeri Indonesia. "Dialog antar agama atau Interfaith justru memegang peranan penting dalam diplomasi," ujar Marty Natalegawa yang sebelum menjabat Dubes menjadi juru bicara Deplu. Diharapkannya dialog antar tokoh agama dikaitkan dengan kedatangan para pengelola pesantren di Indonesia itu dapat meningkatkan pemahaman masyarakat Inggris akan kehidupan beragama di tanah air yang umat muslimnya terbesar di dunia. Dubes mengatakan forum interfaith ini memang sudah berkembang baik antar kawasan, dalam kawasan maupun di luar kawasan. Justru kini yang menjadi tantangan bagi Indonesia adalah bagaimana dialog antar agama itu dapat diterapkan di masyarakat. Menurut Dubes, ada dua hal yang perlu ditekankan dalam masalah interfaith ini yaitu yang pertama bagaimana menerapkan dialog antar agama ini kedalam kalangan umat agama itu sendiri dan bukan saja kepada mereka yang sudah sepaham tetapi justru perlu dilakukan di luar umat agama itu sendiri. Untuk itu kepada para peserta education management training, Dubes mengharapkan dialog interfaith ini dapat disosialisasikan ke dalam dan juga kepada umat agama lainnya sehingga mereka juga merasa memilikinya. Yang kedua adalah bagaimana memastikan bahwa hasil dialog interfaith itu berupa gagasan baik dalam bidang pendidikan, media, pemuda dan bidang lainnya dapat dilaksanakan agar tidak terjebak dalam dialog tanpa ada kelanjutannya,tegasnya. Untuk itu Dubes mengharapkan para peserta Education Management Training ini dapat menarik benang merah selain memiliki tekad untuk memajukan dan juga diharapkan akan dapat menularkannya kepada warga pesantrennya dan hasilnya dirasakan dimasa datang. Sementara itu, pimpinan rombongan Edi Rakhmat Widodo dari DPP Lembaga Dewan Dakwah PB NU menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas dukungan pihak KBRI selama para peserta berada di London. Menurut Edi Rakhmat Widodo, sepulangnya ke tanah air , ilmu yang mereka timba selama latihan dapat mereka sosialisaikan dan diterapkan di masing-masing pesantren. Diharapkannya kehadiran para pengelola pesantren di Kerajaan Inggris ini akan dapat meredam dan menghilangkan adanya Islamphobia atau ketakutan tanpa alasan terhadap agama dan ummat Islam dikalangan masyarakat Inggris itu sendiri. (*)

Copyright © ANTARA 2006