Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah bersama Bank Indonesia telah memperhitungkan berbagai prediksi neraca pembayaran dalam penentuan asumsi kurs rupiah dalam proyeksi APBN 2007 yang sebesar Rp9.200 per Dolar AS. "Proyeksi BI tahun depan tentang neraca pembayaran ada dua faktor. Pertama, tekanan terhadap beberapa utang luar negeri kita yang jatuh tempo dan kedua kemungkinan perkiraan ekspor yang masih sangat konservatif. Jadi dari dua faktor itu, BI dan pemerintah cenderung untuk bersifat agak konservatif mengenai masalah kurs untuk tahun depan," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani di Gedung Depkeu Jakarta, Selasa. Namun, tambahnya, masih satu faktor yang harus dipertimbangkan dan terus disimak yaitu masuknya modal yang sangat besar karena diharapkan masuknya modal itu akan bersifat permanen dan terus menerus. Meski kurs dalam proyeksi APBN 2007 diprediksi lebih lemah dari kemungkinan asumsi pada APBN Perubahan 2006, sebesar Rp9.000, pihaknya tetap mengasumsikan pertumbuhan 6,4 persen dengan memperhitungkan asumsi lainnya yaitu, inflasi 6 persen, SBI sekitar 8 persen dan kemungkinan kenaikan sektor riil yang didorong investasi. Dia juga menambahkan, saat ini nilai transaksi berjalan atau "current account" Indonesia masih surplus, meski menipis. Sedangkan total neraca pembayaran akan tergantung pada aliran modal masuk karena jika transaksi berjalan positif dan neraca modal juga positif, maka total neraca pembayaran juga akan positif.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006