Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengatakan bahwa lanskap budaya di Indonesia sudah berubah secara signifikan dan butuh upaya bersama untuk menyatukan pola pikir tersebut.

“Lanskap budaya kita berubah secara signifikan, dan itu ada jurang pemisah (gap) yang sifatnya generational atau antar generasi yang agak susah diatasi,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam Pameran "Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan" yang diikuti di Jakarta, Senin.

Hilmar menuturkan generasi muda pada masa ini, memiliki cara dan pola pandang yang berbeda dalam menikmati atau mempelajari hal yang berkaitan dengan budaya maupun sejarah Indonesia.

Jika pada masa lampau banyak orang suka menyampaikan pola pikir terkait sebuah isu atau sejarah melalui tulisan, generasi saat ini lebih tertarik untuk mempelajarinya melalui video ataupun lewat cara-cara yang menyenangkan dan mudah ditangkap.

Baca juga: Pelajar Indonesia gelar festival budaya di Taipei

Baca juga: Dosen Universitas Muria Kudus kenalkan bahasa Indonesia di Thailand


Pemerintah sendiri saat ini, terus berupaya mendekatkan kembali nilai-nilai budaya yang ada dengan menggandeng sejumlah organisasi kepemudaan yang dianggap bisa lebih mensosialisasikannya, dibandingkan melalui program pemerintah yang bersifat formal.

“Sekalipun kita punya niat baik bagi generasi lain, belum tentu bisa diterima dengan baik di ujung sana. Jadi lebih baik meminta teman- teman, para pemuda khususnya untuk mulai memproduksi sejarah mereka sendiri dari cara pikir, cara pandang dan tema menarik buat mereka,” katanya.

Menurut Hilmar, salah satu pendekatan yang dapat mulai diupayakan oleh kelompok pemuda adalah melalui dibentuknya jaringan arsip keluarga para tokoh bangsa seperti halnya yang dilakukan oleh keluarga Diplomat Soedjatmoko dalam menata arsip-arsip terkait perjalanan hidupnya dan bangsa Indonesia supaya masyarakat lebih mudah memahami segala peristiwa yang terjadi kala itu.

Meskipun nantinya, dibutuhkan waktu yang agak lama bagi sejumlah pihak terkait seperti Arsip Nasional untuk merancang program, memproses tiap data, hingga membuat sebuah meta data yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.

“Menurut saya jauh lebih masuk akal juga untuk keluarga-keluarga, mulai menata apa yang ada di dalamnya dan mungkin ini bisa menjadi tugas dari Rumah Ingatan Soedjatmoko ini, untuk lebih mengkomunikasikan dan membagi pengalamannya selama ini. Sehingga mungkin orang-orang akan melakukan hal yang sama,” katanya.

Kemudian menanggapi apa yang akan dilakukan pemerintah, Hilmar mengaku akan merasa bersyukur jika semakin banyak pihak yang membantu menyebarluaskan dan mempertahankan nilai luhur serta sejarah bangsa agar terus mengakar kuat dalam jiwa generasi muda Indonesia.

Pemerintah, katanya, akan terus berusaha untuk memberikan fasilitas terbaik supaya proses dari program yang dicanangkan dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

“Sudah ada dananya di Dirjen Kebudayaan untuk mendukung itu. Tapi asal sepenuhnya memiliki rencana kerja yang jelas dan mudah untuk dilakukan,” ucap Hilmar.*

Baca juga: Gubernur: 105 karya budaya Jawa Barat ditetapkan jadi WBTb Indonesia

Baca juga: Mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri lewat Batik Challenge


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023