New York (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober, karena dolar AS turun ke level terendah tujuh bulan dan lebih banyak indikator menunjuk ke arah peningkatan permintaan dari importir minyak utama China. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terangkat 1,47 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi menetap di 79,86 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, naik untuk sesi ketujuh berturut-turut.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret bertambah 1,25 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 85,28 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Brent melonjak 8,6 persen minggu ini, sementara WTI terangkat 8,4 persen, memulihkan sebagian besar kerugian minggu sebelumnya.

Indeks dolar AS merosot ke level terendah dalam lebih dari tujuh bulan, sehari setelah data menunjukkan inflasi turun pada Desember untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun, memberi harapan Federal Reserve akan memperlambat kenaikan suku bunganya.

Greenback yang lebih lemah cenderung meningkatkan permintaan minyak, membuatnya lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Pembelian minyak mentah China baru-baru ini dan peningkatan lalu lintas jalan di negara itu juga memicu harapan pemulihan permintaan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu, setelah pembukaan kembali perbatasannya dan pelonggaran pembatasan COVID-19 menyusul protes tahun lalu.

"Semua orang melihat indikator mobilitas China dan mengarah ke atas, menunjukkan pemulihan permintaan minyak dan mendukung harga," kata analis UBS, Giovanni Staunovo.

"Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah jika ini diterjemahkan juga menjadi impor minyak mentah China yang lebih tinggi dan jika badan energi (IEA, OPEC) merevisi perkiraan permintaan (kuartal pertama) mereka," kata Staunovo.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, akan bertemu pada Februari untuk menilai kondisi pasar, dan ada beberapa kekhawatiran bahwa kelompok tersebut dapat memangkas produksi minyak lagi untuk mengangkat harga setelah penurunan baru-baru ini.

"Kami memiliki kemenangan beruntun tujuh hari di bawah ikat pinggang kami ... tetapi kami masih jauh dari tempat kami terakhir kali OPEC + memangkas produksi," kata analis Mizuho, Robert Yawger.

OPEC+ telah mengumumkan pengurangan produksi 2 juta barel per hari pada Oktober karena harga minyak global turun di bawah 90 dolar AS per barel.

Baca juga: Minyak naik tipis di sesi Asia didorong optimisme permintaan China

Baca juga: Minyak menguat ditopang pelemahan inflasi AS dan optimisme permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023