Batam (ANTARA) - Nelayan di Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau mulai menurunkan kelong miliknya menjelang perayaan Tahun Baru China atau Imlek untuk mendapatkan ikan dingkis.

Camat Belakangpadang Yudi Admaji mengatakan, perayaan Imlek bagi nelayan di Belakangpadang merupakan berkah yang hanya datang sekali dalam setahun, hal itu disebabkan karena meningkatnya harga jual ikan dingkis.

“Sudah dari beberapa minggu yang lalu para nelayan menurunkan kelong-kelong mereka. Jumlah kelong yang ada di Kecamatan Belakangpadang yang sudah diturunkan itu mencapai ratusan,” kata Yudi di Batam, Rabu (18/1).

Pada hari biasa kata Yudi, kelong-kelong milik nelayan ini tidak seramai menjelang Imlek, hanya beberapa nelayan saja yang memasang kelong dan itu hanya untuk ikan-ikan tertentu.

Dia menyebutkan, penghasilan yang bisa didapat seluruh nelayan di Belakangpadang dari hasil penjualan ikan dingkis ini bisa mencapai miliaran rupiah menjelang dan saat Imlek.

“Satu kelong saja, bisa menghasilkan puluhan juta rupiah, kalau semua kelong dari seluruh kelurahan yang ada di Belakangpadang itu perputaran uangnya bisa sampai miliaran juga,” ucapnya.

Yudi menjelaskan, ikan dingkis ini merupakan makanan favorit warga Tionghoa yang berada di Selat Malaka saat Imlek, terlebih di Singapura. Maka dari itu, kebanyakan nelayan di Belakangpadang menjual hasil tangkapan ikan dingkis ke Singapura melalui tengkulak.

Terutama ikan dingkis yang berasal dari Belakangpadang, yang paling terkenal di Singapura karena memiliki telur yang lebih besar dan daging yang lebih lembut dari tempat-tempat lain.

Salah satu pemilik kelong Laili mengatakan, dia bersama keluarganya sudah menurunkan kelong miliknya sejak dua minggu yang lalu. Hal itu rutin dia lakukan menjelang Imlek. Sedangkan hari biasa, dia tidak menurunkan kelongnya dan hanya mencari ikan seperti biasa tanpa menggunakan kelong.

Hal itu dia lakukan karena permintaan ikan dingkis ini menjelang Imlek sangat banyak serta harga jual yang tinggi. Terutama untuk masyarakat Tionghoa yang berada di Selat Malaka, terlebih di Singapura. Maka dari itu, kebanyakan nelayan di Belakangpadang menjual hasil tangkapan ikan dingkis ke Singapura melalui tengkulak.

“Harganya bisa lima kali lipat dari harga hari biasa. Kalau menjelang Imlek itu bisa ratusan ribu per kilo, hari biasa paling hanya Rp30 ribu saja,” kata dia.

Dia menyebutkan, hasil dari penjualan ikan dingkis itu bisa mencapai puluhan juta dalam satu bulan untuk satu orang saja. Uang tersebut biasanya mereka tabung dan ada juga digunakan untuk membeli kebutuhan mencari ikan.

“Jelang Imlek ini memang berkah buat kami nelayan di pulau-pulau, kami sangat semangat menjelang Imlek ini,” ucapnya.

Baca juga: Warga Tionghoa di Blitar ritual sucikan patung dewa
Baca juga: Rekomendasi destinasi bertema pecinan untuk isi libur Imlek


Pewarta: Ilham Yude Pratama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023