sandal jenama itu juga telah merambah ke Singapura dan Jepang
Jakarta (ANTARA) - Cibaduyut tersohor sebagai sentra penghasil sepatu terkenal di Tanah Air. Nama daerah di Kota Kembang Bandung itu menawarkan aneka jenis sepatu dengan berbagai kualitas. Dalam bukunya "Sepasang Sepatu Tua", pujangga Sapardi Djoko Damono bahkan sempat menuturkan sepatu buatan Cibaduyut bahkan bisa kuat hingga puluhan tahun.

Tidak hanya di Cibaduyut, daerah lain di sekitar Bandung juga mampu menghasilkan jenis-jenis sepatu dengan mutu terbaik dan variatif. Salah satunya yakni PT Venamon Footwear Manufacturer yang terletak di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Siapa sangka, pabrik kelas industri menengah tersebut menjadi bagian dari sistem pertahanan dan keamanan nasional Indonesia sejak 1976, dengan memproduksi alas kaki untuk Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Pasukan Garuda, dan sejumlah pasukan khusus lainnya.

Kini, terdapat lebih dari 30 instansi pemerintah yang menjadi konsumen industri itu untuk produk sepatu dinas pakaian harian (PDH) dan pakaian dinas lapangan (PDL).

Beroperasi selama 47 tahun di Kabupaten Bandung, produk pabrik tidak hanya memenuhi kebutuhan sepatu militer di dalam negeri. Pada tahun 1995, perusahaan tersebut berhasil mengekspor beragam produknya ke berbagai negara melalui distributor.

Adapun jenis-jenis sepatu yang diekspor ke masing-masing negara yaitu sepatu Oxford Dress Shoes ke Amerika Serikat, DMS Boot ke Brunei Darussalam, Combat Boot ke Malaysia, dan Desert Boot ke Afrika.

Seiring dengan berkembangnya permintaan pasar dan tren alas kaki, pabrik tersebut kini memproduksi sepatu formal untuk umum, dan bermitra sebagai pemasok untuk sepatu merek lokal Eiger dan Adorable Project.

Inovasi
Direktur perseroan tersebut, Henny Setiadi, menceritakan betapa keluarganya terkejut ketika pendiri industri itu, yakni sang ayah, meninggal dunia secara tiba-tiba pada 2005. Kepergian sang ayah menjadi tantangan tersendiri bagi anak-anaknya, termasuk Henny, yang tidak dipersiapkan untuk mengurus bisnis keluarga itu.

Namun, Henny yang saat itu berniat mendalami ilmu kedokteran, harus banting setir untuk meneruskan usaha sang ayah bersama anak-anak lainnya. Pabrik telah berdiri, pesanan sepatu dari TNI AD pun menunggu untuk diproduksi sehingga ia belajar dengan terjun langsung untuk mengoperasikan perusahaan itu.

 Perusahaan itu berupaya terus tangguh menjawab segala tantangan yang ada. Tangguh dalam arti mampu menyesuaikan kebutuhan bisnis dan kemauan pasar. Salah satu yang dilakukan adalah senantiasa memperkuat divisi riset dan pengembangan atau research and development (R&D).

Selain itu, korporasi ini juga berupaya memproduksi sepatu yang bisa diandalkan kekuatannya dengan memenuhi persyaratan teknis sepatu militer yang ditetapkan. Dan yang tidak kalah penting, inovasi menjadi salah satu kunci industri ini untuk terus mengembangkan usaha.

Hingga saat ini, pabrik dengan 300 orang tenaga kerja tersebut memproduksi 3.000 pasang sepatu setiap harinya.

Tak ingin ketinggalan, pabrik tersebut kini telah mengantongi sertifikat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) hingga 80 persen untuk produk-produknya. Dengan demikian deretan sepatu militer besutannya kini terpampang pada e-catalog pengadaan barang/jasa pemerintah.

Dengan pasar yang relatif pasti setiap tahunnya, perseroan membidik pertumbuhan bisnis 8 persen pada 2023. Angka yang dinilai cukup realistis dan optimistis di tengah potensi resesi yang diprediksi terjadi tahun ini.


Kunci IKM
Inovasi juga merupakan kunci dari IKM alas kaki lainnya di Kabupaten Bandung, untuk mengembangkan usaha. Hijack Sandals adalah merek sandal yang dikembangkan mahasiswa bernama Zaky Gufron pada tahun 2010.

Bermodal Rp5 juta, kala itu Zaky bersama rekannya tertarik untuk mendesain sebuah produk alas kaki berupa sandal untuk dikembangkan secara serius. Gagasan untuk menciptakan merek sandal terlintas saat sepatu kulit sedang populer.

Kala itu, sepertinya belum ada yang mencoba membuat sandal keren, padahal produk alas kali jenis ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang menginspirasi Zaky untuk membuat sandal dengan desain trendi dan kualitas mumpuni.

Jenama atau merek itu sendiri diambil dari kata sapaan "Hi" dalam bahasa Inggris, dan "Jack" atau Zak yang merupakan kependekan namanya.

Zaky dengan jenama itu terus berkembang dan bereksperimen untuk menghasilkan inovasi sandal. Lebih dari sekadar membuat sandal, ia ingin mengangkat sandal dengan desain dan teknologi yang cermat.

Kegigihannya itu mulai memperlihatkan hasil gemilang. Hingga saat ini, lini bisnis Zaky mampu memproduksi 4.000-4.500 pasang sandal setiap bulan. Tidak hanya diproduksi untuk masyarakat Indonesia, sandal jenama itu juga telah merambah ke Singapura dan Jepang, dengan persentase 20 persen untuk ekspor dan 80 persen untuk pasar domestik.

Perjuangan yang tak sia-sia, terbukti dari produk itu kini mampu meraup cuan hingga Rp1 miliar setiap bulan.

Untuk memantapkan langkahnya, Zaky tengah mengurus sertifikat TKDN untuk produk-produk sandal buatannya, mengingat banyak komponen yang digunakan berasal dari dalam negeri.

Prospektif
Kementerian Perindustrian menyebut bahwa IKM alas kaki prospektif naik kelas hingga mampu merambah pasar ekspor karena inovatif dan mampu menjaga mutu produk.

Kepala Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Syukur Idayati mengatakan potensi tersebut akan menjadi kenyataan ketika IKM tersebut menjaga menjaga mutu dan terus berinovasi.

Untuk itu, BPIPI siap membimbing IKM alas kaki agar memenuhi standar pasar yang diinginkan sehingga mampu mengembangkan produk dan menjawab kebutuhan pasar.

Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan uji laboratorium untuk menjaga standar mutu.

Beberapa IKM alas kaki yang telah mengekspor produknya juga membutuhkan uji laboratorium tersebut untuk memenuhi standar yang diinginkan pasar global.

Dalam hal ini, IKM persepatuan atau produk alas kaki dapat memanfaatkan laboratorium uji untuk mengetahui mutu produk yang dihasilkan.

Dengan demikian, IKM alas kaki nasional tidak hanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tapi juga siap merajai pasar global.

Zaky dan pelaku IKM lain sudah membuktikan bahwa mutu produk dan inovasi menjadi kunci utama merebut konsumen termasuk pasar mancanegara.














 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023