Jenewa (ANTARA) - Direktur Jenderal Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Robert Mardini menyebut China sebagai pemain kunci di arena internasional yang memainkan peran positif dalam mengadvokasi akses kemanusiaan.

Robert Mardini juga memuji peran China dalam mempromosikan hukum humaniter internasional dan perlindungan warga sipil dalam konflik bersenjata.

"Sayangnya, dunia sedang tidak dalam posisi yang baik," kata Mardini kepada Xinhua dalam sebuah wawancara eksklusif di kantor pusat organisasi tersebut di Jenewa.

Ukraina menjadi operasi terbesar ICRC di 2023, kata Mardini. Namun, dia juga menekankan bahwa saat ini terdapat lebih dari 100 konflik bersenjata lainnya di seluruh dunia.

"Semua konflik itu sayangnya berada di bawah radar komunitas internasional. Kebanyakan terjadi di tempat-tempat di mana orang-orang dan komunitas sangat terdampak oleh efek gabungan dari konflik bersenjata, guncangan iklim sebagai akibat dari perubahan iklim, konsekuensi sosial-ekonomi dari COVID-19, dan sekarang efek global dari konflik Ukraina-Rusia," jelasnya.

Keterlibatan China dalam Kemanusiaan

Dia juga menilai China terus mengadvokasi perlindungan warga sipil di tengah konflik bersenjata Ukraina-Rusia.

ICRC telah lama menjalin dialog dengan China dan di banyak negara Afrika tempat ICRC hadir. China memiliki peran signifikan, tambahnya. ICRC dan China juga terlibat dalam dialog tentang hukum humaniter internasional, akses kemanusiaan, dan prioritas pembangunan.

Sekitar 60 negara, di mana ICRC menjalankan operasi besar terletak di sepanjang Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra China, ujar Mardini.

"Sebagian besar negara-negara tersebut terdampak konflik bersenjata, perubahan iklim, dan gangguan sosial-ekonomi," katanya.

ICRC menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Palang Merah China di Jenewa pada Jumat (27/1).

"Akan sangat penting untuk melanjutkan diskusi tentang signifikansi hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa," papar Mardini.

Kebutuhan Pendanaan

Meski jumlah konflik kekerasan dan bersenjata meningkat di seluruh dunia, lingkungan penggalangan dana untuk organisasi nirlaba menjadi lebih sulit dan anggaran menyusut.

Mardini mengatakan permintaan pendanaan ICRC untuk 2023 sebesar 2,8 miliar franc Swiss, menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Ini merupakan tantangan besar bagi penggalangan dana maupun dalam hal penyaluran bantuan kemanusiaan.

Dia mengungkapkan tantangannya ada di tempat-tempat, seperti Afghanistan, Yaman, Tanduk Afrika, Sahel, wilayah Danau Chad, dan Suriah, yang merupakan titik-titik krusial utama untuk pekerjaan dan misi ICRC.

Dibentuk pada 1863, ICRC membantu orang-orang yang terdampak konflik dan kekerasan bersenjata serta mempromosikan hukum yang melindungi korban perang.

ICRC sebagian besar mendapat pendanaan dari sumbangan pemerintah dan Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional (National Red Cross and Red Crescent Societies).

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023