industri pariwisata melihat bahwa 2023 akan lebih baik dibanding sebelumnya
Yogyakarta (ANTARA) - Meski krisis ekonomi global terus membayangi, kekhawatiran yang dirasakan pelaku industri pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak lagi semenakutkan seperti saat mereka harus melewati masa suram akibat pandemi COVID-19 selama sekitar 2 tahun.

Geliat industri pariwisata di DIY yang mulai bangkit sejak tahun lalu setelah Pemerintah melonggarkan berbagai kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat dan pencabutan PPKM pada akhir tahun 2022, menjadi pemantik harapan yang kemudian makin menyala terang pada 2023.

Optimisme menjadi sebuah mantra yang terus digaungkan oleh pelaku industri pariwisata memasuki tahun 2023.

Wisata berbasis budaya yang selama ini menjadi andalan DIY tetap menjadi kekuatan yang diharapkan terus bisa menghipnotis jutaan wisatawan untuk datang dan kembali berkunjung.

"Kami para pelaku industri pariwisata melihat bahwa 2023 akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya," kata Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY Hery Setyawan.

Bayangan krisis global dianggap masih bisa diantisipasi dengan mengandalkan pergerakan wisatawan domestik untuk berwisata di dalam negeri, terlebih akses menuju berbagai lokasi wisata juga sudah kian membaik.

Perjalanan darat dengan moda transportasi umum menuju DIY cukup lengkap dan beragam, bisa menggunakan kereta api, bus, atau kendaraan pribadi menjadi pilihan yang variatif. Jaringan jalan tol pun memudahkan pergerakan wisatawan.

Atau, bisa pula menempuh perjalanan udara dengan jadwal penerbangan yang makin meningkat.

"Bisa dibilang, krisis global ini masih bisa diperkirakan dan diantisipasi jika seluruh pihak dan Pemerintah bisa saling mendukung. Kondisinya sangat berbeda jika dibanding pandemi kemarin yang sama sekali tidak bisa diprediksi sehingga meluluhlantakkan (bisnis) pariwisata," katanya.

Munculnya berbagai destinasi wisata baru yang berakar dari budaya warga DIY juga mampu menguatkan magnet pariwisata untuk menarik lebih banyak wisatawan datang berkunjung.

Kreativitas warga di DIY dinilai sangat luar biasa dan ini menjadi kekuatan bagi pariwisata karena muncul banyak destinasi baru yang berkualitas, yang bahkan sebelumnya tidak pernah disangka.

Hanya saja, kemasan destinasi pariwisata yang baru muncul tersebut tetap membutuhkan polesan yang lebih baik, mulai dari ketersediaan akses, fasilitas, hingga pelayanan yang diberikan sehingga wisatawan merasa nyaman saat berkunjung.

Optimisme serupa disampaikan pelaku usaha akomodasi pariwisata yang tergabung dalam DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY.  Berdasarkan reservasi hotel disebutkan masih cukup tinggi pada Februari, yaitu pada kisaran 60-70 persen.

Februari biasanya menjadi low season di dunia pariwisata, namun kondisi tahun ini berbeda karena banyaknya kegiatan yang akan digelar di DIY, seperti Rakernas PHRI dan ASEAN Tourism Forum (ATF).

"Sampai dengan Maret kondisi akan baik-baik saja. Kami akan evaluasi lagi 5 bulan ke depan atau setelah Lebaran. Apakah akan tetap baik-baik saja atau tidak. Akan tetapi, kami optimistis kondisi pada tahun ini lebih baik," kata Ketua DPD PHRI DIY Deddy Pranawa Eryana.

Selain krisis global yang diprediksi melemahkan pertumbuhan ekonomi dunia, PHRI menilai tantangan yang harus bisa dilewati pelaku industri pariwisata di DIY adalah kondisi di dalam negeri menjelang tahun politik.

Namun demikian, PHRI DIY akan berusaha mengubah tantangan tersebut menjadi sebuah peluang bagi industri akomodasi wisata dengan menyiapkan tempat untuk penyelenggaraan pertemuan untuk partai politik atau bagi politikus yang bersaing meraih suara.

Hanya saja, untuk mewujudkan semua keinginan tersebut perlu didukung dengan kondisi di dalam negeri yang tetap sejuk dan kondusif meski suhu politik kian memanas.

Pembenahan dari sisi hospitality juga menjadi salah satu kunci introspeksi yang akan diputar untuk memastikan industri pariwisata di DIY bisa terus berkembang dan mampu melewati berbagai tantangan pada tahun ini.

Peningkatan hospitality bisa ditempuh dengan berbagai upaya, seperti menyesuaikan pakaian dengan menggunakan pakaian khas Yogyakarta, misalnya, batik atau lurik sehingga tamu yang datang akan langsung mendapatkan atmosfer yang berbeda saat sedang berada di Yogyakarta.

Tujuannya adalah memberikan kesan yang baik kepada setiap tamu yang berkunjung

Penguatan destinasi pariwisata juga dinilai menjadi faktor penting untuk menjaga tingkat okupansi hotel hingga lama tinggal wisatawan selama berada di DIY.


7,4 juta wisatawan 

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mencatat jumlah kunjungan wisatawan sepanjang 2022 hampir tiga kali lipat dibanding target yang ditetapkan, yaitu mencapai 7,4 juta orang dari target sekitar dua juta wisatawan.

Selain jumlah wisatawan yang meningkat, dua indikator kunjungan wisatawan pun menunjukkan peningkatan, yaitu rata-rata lama tinggal wisatawan mencapai 1,86 hari dari target 1,7 hari. Begitu juga dengan rata-rata belanja wisatawan yang mencapai Rp1,97 juta per orang dari target Rp1,6 juta per orang.

Meskipun seluruh indikator kunjungan wisatawan menunjukkan angka positif, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta tetap akan melakukan pembenahan di berbagai sektor agar kunjungan wisatawan tetap meningkat pada tahun ini.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyatakan pembenahan tersebut salah satunya adalah pelayanan informasi bagi wisatawan yang akan dibuka pada momentum tertentu saat kunjungan wisatawan di Yogyakarta mengalami kenaikan, seperti saat libur sekolah, Lebaran, dan akhir tahun.

Selain itu, keberadaan 18 kampung wisata di Kota Yogyakarta juga menjadi salah satu fokus pembenahan yang akan dilakukan pada tahun ini sehingga mampu memberikan dampak pada pariwisata di Yogyakarta maupun pemberdayaan warga di kampung wisata tersebut.

Pada akhir 2022, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta sudah meluncurkan kalender wisata yang berisi puluhan agenda pariwisata yang bisa dinikmati wisatawan sepanjang tahun 2023.

Berdasarkan hasil inventarisasi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, terdapat total 60 event wisata yang akan digelar sepanjang 2023. Namun, hanya 12 event yang kemudian ditetapkan sebagai mata acara unggulan.

Event wisata tersebut tidak hanya yang digelar oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta atau pemerintah daerah saja, tetapi termasuk acara wisata yang diselenggarakan oleh swasta.

Sejumlah event unggulan tersebut di antaranya Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta XVIII pada Januari, Jogja Cross Culture (Mei), Pawai Alegoris Harmoni Jogja (Juni), ARTJOG (Juli), Prambanan Jazz (Juli), Pasar Kangen (Agustus), Sumonar Fest (September), Wayang Jogja Night Carnival #8 (Oktober), Kustomfest (Oktober), Biennale Jogja (Oktober), Malioboro Coffee Night #5 (Oktober), dan Ngayogjazz (November).


Event wisata unggulan ini memang tidak hanya diselenggarakan di wilayah administrasi Kota Yogyakartatetap tapi dimasukkan juga karena sifat pariwisata adalah nirbatas atau borderless.

Meskipun kondisi pariwisata semakin membaik, masih ada beberapa aspek yang dinilai dapat mencederai citra pariwisata di Yogyakarta, antara lain,  harga yang tidak standar atau lebih sering disebut dengan istilah “nuthuk”. Misalnya harga makanan atau saat naik becak yang tidak wajar.

Pada era internet, setiap ketidakwajaran yang diterima oleh wisatawan, misalnya, dikenai harga tinggi, pengalaman pahit ini dengan cepat menyebar ke dunia maya.

Insiden tersebut bisa merusak citra DIY, yang pada akhirnya menurunkan animo orang untuk melancong ke provinsi ini.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Yogyakarta Oleg Yohan menyebut edukasi dan pembinaan kepada pelaku usaha jasa pariwisata perlu terus dilakukan secara rutin agar bisa memberikan pelayanan yang prima.

Setiap wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta harus dipastikan merasa nyaman.

Promosi pun perlu digencarkan, tidak hanya untuk lingkup lokal dan nasional tetapi perlu melangkah lebih jauh ke jenjang internasional dengan sasaran wisatawan mancanegara.











 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023