Jakarta (ANTARA) - Perekonomian dunia memasuki tahun 2023 menghadapi ancaman resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Berdasarkan survei Bloomberg, terdapat enam negara yang cukup dekat dengan jurang resesi atau memiliki probabilitas di atas 20 persen, yaitu Sri Lanka sebesar 85 persen, Uni Eropa 50 persen, Amerika Serikat 40 persen, Selandia Baru 33 persen, serta Jepang dan Korea Selatan masing-masing 25 persen.

Sementara itu, probabilitas Indonesia mengalami resesi pada tahun ini sangat kecil yakni 3 persen. Kekuatan tersebut tak lain berasal dari tangguhnya perekonomian dalam negeri dimana pertumbuhan ekonomi masih terus tumbuh di atas 5 persen, serta terkendalinya inflasi, dan terjaganya nilai tukar rupiah.

Dari sisi eksternal, neraca perdagangan dan transaksi berjalan pun konsisten mencatat surplus. Cadangan devisa RI juga tetap tinggi.

Meski kemungkinan resesi sangat kecil untuk Indonesia, namun kondisi negara lainnya di dunia yang berpotensi masuk jurang resesi tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi domestik.

Deputi Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto memperkirakan potensi resesi global akan berimplikasi kepada Indonesia melalui penurunan permintaan dan harga komoditas serta penurunan penerimaan negara.

“Namun dugaan saya tidak akan sampai terjadi resesi di Indonesia pada 2023, tapi memang akan ada penurunan ekonomi. Ekonomi masih bergerak, tapi tidak seperti tahun 2022," kata Eko.

Ancaman resesi global pun turut membuat kekhawatiran kepada dunia usaha. Presiden Direktur PT Samsung Electronics Indonesia Hong Yeun Seuk salah satunya, yang mengatakan tekanan resesi global telah menjadi suatu tantangan baru bagi dunia usaha dan menuntut pengusaha untuk bisa mengoptimalisasi biaya-biaya produksi agar bisa lebih kompetitif.

"Untuk itu dukungan pemerintah kepada dunia usaha guna kelancaran proses dan biaya produksi yang efisien adalah sangat penting dan dibutuhkan," ungkap Hong Yeun Seuk.

Senada dengan hal itu, Direktur PT Mattel Indonesia Nyoman Widiastuti memiliki kekhawatiran akibat ancaman resesi global yang ada. Padahal, perusahaan tersebut berencana melakukan ekspansi usaha dengan berinvestasi sebesar 30 juta dolar AS di Tanah Air.

Tak hanya resesi global, Widiastuti turut mencermati Indonesia yang kini sudah memasuki tahun politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada tahun 2024, sehingga diharapkan terdapat dukungan besar dari pemerintah dan jaminan keamanan.

Mendukung dunia usaha

Menanggapi kekhawatiran pengusaha, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung dunia usaha lantaran selama ini kolaborasi antara pemerintah dengan pelaku usaha telah berhasil mewujudkan perbaikan ekonomi, bahkan di masa tersulit sekalipun seperti pandemi COVID-19.

Maka dari itu, dirinya berharap para pengusaha tidak khawatir karena Indonesia tetap akan tumbuh dengan baik tahun ini, bahkan di tengah ancaman resesi global dan tahun politik.

"Kami berkomitmen untuk terus bekerja dalam melayani dunia usaha agar makin kompetitif dan produktif. Boleh mengandalkan kami tetapi kalau ada keluhan sampaikan, kalau ada kebijakan yang mengganggu kami akan lihat karena pasti kebijakan itu lahir ada alasannya," ucap Sri Mulyani.

Penerapan kebijakan dan prosedur yang semakin baik,   juga menjadi komitmen Presiden untuk menjadikan Indonesia destinasi investasi, sehingga investasi tidak hanya dilakukan di domestik tetapi juga untuk ekspor.

Selama pandemi, pemerintah terus berupaya mendukung para pelaku usaha dengan beberapa kebijakan strategis yang di antaranya masih berlaku hingga sekarang,  seperti memberikan fasilitas dan insentif di bidang kepabeanan berupa fasilitas kawasan berikat (KB) dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE).

Insentif pajak untuk dunia usaha juga diberikan seperti pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor serta PPh Pasal 25, meski pada tahun ini skalanya akan dikurangi mengingat perekonomian Indonesia sudah pulih.


Perppu Cipta Kerja

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai perbaikan iklim investasi dengan peningkatan daya saing melalui sejumlah reformasi struktural yang antara lain menyangkut skema perbaikan perizinan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, akses lahan, UMKM dan tata kelola pemerintahan, menjadi harapan utama dunia usaha di tengah ancaman resesi.

Maka dari itu, pemerintah diharapkan konsisten dalam menjalankan sejumlah agenda reformasi ekonomi struktural sebagaimana tercermin dalam substansi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang dikenakan putusan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi (MK).

Terkait keputusan MK, pemerintah baru-baru ini menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Cipta Kerja sebagai bentuk penyempurnaan UU Cipta Kerja melalui mekanisme partisipasi publik.

Beleid tersebut bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dengan meningkatkan kemudahan dan kepastian berusaha, pertumbuhan investasi, serta perlindungan dan pemberdayaan bagi pelaku UMKM di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Dengan keluarnya Perppu ini, kita bisa memperbaiki aturan perundang-undangan kita untuk membuat supaya perekonomian Indonesia bisa menghadapi kondisi tidak ideal di dunia ini, memperbaiki iklim investasi, menguatkan investasi, dan menciptakan lapangan kerja agar bisa menghadapi ketidakpastian dunia dengan lebih baik,” ujar Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara.

Perppu Cipta Kerja yang diterbitkan pada 30 Desember 2022 merupakan langkah antisipatif pemerintah untuk menghadapi ketidakpastian perekonomian tahun 2023 sekaligus menjamin terciptanya kepastian hukum.

Perppu ini sudah bisa dipakai sebagai landasan dari peraturan produk perundang-undangan yang menjadi operasionalisasi dari Undang-Undang Cipta Kerja maupun Perppu Cipta Kerja.

Meski Indonesia tidak termasuk negara yang akan terkena resesi, tetapi Suahasil berpendapat Indonesia harus mengantisipasi ancaman resesi tersebut dengan melakukan kepastian berusaha.

“Salah satu yang penting di Indonesia adalah kepastian berusaha. Di sinilah masuk Undang-Undang Cipta Kerja yang sudah dikeluarkan Perppunya untuk menciptakan kepastian sehingga Indonesia bisa menghadapi resesi dunia,” kata Wamenkeu.

Selain itu, pemerintah pada akhir tahun lalu pun telah mencabut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang menjadi angin segar bagi pengusaha.
​​​​​

Strategi perkuat bisnis

Mental pengusaha menjadi sangat penting dan menentukan bagi kelangsungan sebuah usaha, apapun skala bisnisnya. Pemahaman akan industri, kepiawaian, serta persona yang kuat dari seorang pendiri atau Chief Executive Officer (CEO) akan membuka banyak peluang bagi bisnis untuk terus berjalan berkelanjutan

Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge (DSC) Surjanto Yasaputera membeberkan setidaknya terdapat empat strategi bisnis yang bisa dijalankan dalam persiapan menghadapi potensi resesi global.

Pertama, mengelola administrasi dengan baik. Administrasi kerap dikesampingkan oleh pelaku usaha, padahal kerapian administrasi pada bisnis kecil pun dapat membawa dampak yang signifikan pada operasional perusahaan.

Pembuatan faktur, pengelolaan pengeluaran, penggajian, dan pembukuan dasar menjadi beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.

Strategi kedua yaitu rekrutmen dan sumber daya manusia (SDM). Bisnis dengan skala mikro dan kecil seringkali dikelola dalam tim kecil. Namun, kebutuhan akan ekspansi bisnis pastinya menuntut personil yang lebih banyak dengan keahlian yang beragam.

Maka dari itu, penting sekali melakukan proses rekrutmen untuk membentuk tim kerja yang tepat demi keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis di masa depan.

Kemudian, strategi yang ketiga adalah pemasaran, media sosial, dan manajemen hubungan pelanggan. Memasarkan dan mempromosikan bisnis di media digital, terutama di media sosial merupakan hal yang krusial saat ini.

Kini banyak aplikasi dan instant tools yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimasi kehadiran sebuah bisnis di ranah digital. Pastikan alat pemasaran digital sesuai dengan kebutuhan bisnis dan jangan ragu untuk mengeksplorasi beragam alat pemasaran digital lainnya.

Strategi keempat yakni menciptakan jaringan yang merupakan salah satu bagian penting dari mengembangkan bisnis. Pelaku bisnis perlu melakukan jejaring dengan bisnis kecil lainnya, vendor, mitra kerja, dan bahkan calon investor.

Membangun relasi dan jaringan kadang menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis kecil. Tetapi, saat ini terbuka banyak kesempatan untuk bergabung di jaringan bisnis, asalkan para pengusaha jeli melihat potensinya.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023