Kalau menggigit sapi yang sudah terinfeksi kemudian menggigit sapi yang sehat otomatis menularkan
Temanggung (ANTARA) - Sapi perah terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit dengan gejala terdapat benjolan pada kulit, dapat menurunkan produksi susu, kata Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung Esti Dwi Utami.

Esti di Temanggung, Jawa Tengah, Kamis, mengatakan di masa inkubasi setelah terinfeksi, tubuh sapi bisa panas kemudian tidak mau makan dan berat badan ternak turun karena tidak nafsu makan.

"Kalau sapi perah terjadi penurunan produksi susu, kemudian juga bagi sapi betina birahinya menjadi kacau, bisa mundur bisa maju karena hormonalnya terganggu," katanya.

Hewan yang sudah terinfeksi LSD, katanya, darahnya mengandung virus kemudian penyebaran penularan melalui vektor hewan-hewan penghisap darah, seperti caplak, lalat dan nyamuk.

Baca juga: Pemkab Batang sebut penyakit kulit berbenjol pada ternak sudah mewabah

Baca juga: Tangerang gencarkan surveilans hewan ternak antisipasi LSD


"Kalau menggigit sapi yang sudah terinfeksi kemudian menggigit sapi yang sehat otomatis menularkan. Jadi persis orang terkena demam berdarah dengue (DBD)," katanya.

Ia menjelaskan LSD jauh lebih sedikit tingkat kematiannya dibanding penyakit mulut dan kuku.

Hewan yang terjangkit LSD bisa diobati dan bisa sembuh, asal begitu kena langsung diisolasi atau dipisahkan dalam ruang tertutup, tidak ada vektor masuk dan diobati.

Sebanyak 14 ekor sapi di Kabupaten Temanggung sudah terjangkit LSD, tersebar di enam kecamatan, yakni Bejen, Wonoboyo, Gemawang, Kandangan, Kranggan dan Kecamatan Kedu. 

Baca juga: Kasus penyakit LSD pada ternak sapi di Boyolali bertambah

Baca juga: Disnak Trenggalek vaksinasi 2.000 sapi antisipasi wabah LSD

Baca juga: Kementan: PMK dan LSD ganggu produktivitas ternak

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023