Jenewa (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para mitranya sedang memantau situasi di lapangan pascagempa bumi dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah barat laut pada Senin (6/2), kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Gempa bumi bermagnitudo 7,7 melanda Provinsi Kahramanmaras, Turki selatan, pada pukul 04.17 waktu setempat (pukul 08.17 WIB). 

Peristiwa bencana itu merupakan gempa paling dahsyat dalam sejarah negara itu sejak 1939.

Gempa tersebut disusul oleh gempa bermagnitudo 6,4 beberapa menit setelahnya di Provinsi Gaziantep, Turki selatan, dan gempa bermagnitudo 7,6 pada pukul 13.24 waktu setempat (pukul 17.24 WIB) di Provinsi Kahramanmaras.

Pemerintah Turki telah mengeluarkan peringatan Level 4 dan menyerukan bantuan internasional.

"Dampak parah dari gempa bumi itu juga terlihat di Suriah barat laut, sebuah wilayah dengan 4,1 juta orang ... sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak, yang bergantung pada bantuan kemanusiaan saat ini," kata OCHA.   

Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir O. Pedersen, pada Senin sore menuturkan bahwa dia "sangat berduka" atas kematian tragis dan kerusakan masif yang terjadi akibat gempa bumi tersebut.

"Saat ini, masyarakat Suriah secara bersamaan dihantam wabah kolera yang tengah merebak dan fenomena musim dingin yang parah termasuk hujan lebat dan salju selama akhir pekan," ungkap OCHA.

OCHA mengatakan bahwa tingkat kerusakan infrastruktur saat ini sulit untuk diukur karena terblokirnya jalan-jalan di Turki dan Suriah barat laut.

"Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada mereka yang terdampak, banyak di antaranya telah sangat menderita selama bertahun-tahun," ujarnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023