Jakarta (ANTARA) - Ketua Pimpinan Pusat Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah mengatakan bahwa situasi pandemi COVID-19 telah membaik, namun pengentasan stunting di Indonesia memprihatinkan dan masih terus diperjuangkan.

“Situasi COVID-19 sudah bergeser ke arah yang lebih baik, tetapi upaya pencegahan stunting masih kita upayakan hingga saat ini. Permasalahan stunting ini tidak dapat diselesaikan sendiri,” kata Margaret dalam Talk Show Protein Hewani Cegah Stunting yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pemprov Sulteng optimalkan intervensi pengentasan anak stunting

Menanggapi percepatan penurunan stunting, Margaret menyatakan, isu stunting merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Pencegahan terjadinya stunting, tidak bisa hanya dititik beratkan pada peran seorang ibu saja.

Keterlibatan anggota keluarga lain di rumah, menjadi sangat penting dalam melindungi anak dari stunting. Salah satunya dengan mengalihkan dana belanja rokok untuk pemenuhan gizi anak secara seimbang.

“Hari ini kita soroti tentang gizi bahwa sangat penting pemenuhan gizi sebagai pencegahan stunting. Menambahkan bahwa mengalihkan dana belanja rokok juga sejalan dengan perlindungan dan pemenuhan hak anak dan perempuan,” katanya.

Baca juga: BKKBN: RAN PASTI membuat pengentasan stunting jadi lebih terarah

Selain dari sisi pengendalian dari keluarga, keterlibatan pemerintah dalam membuat kebijakan intervensi dari hulu ke hilir turut menentukan keberhasilan mencegah stunting pada anak.

Margaret membeberkan, Fatayat NU telah mengawal pegentasan stunting, dengan mengajak para pemangku kebijakan seperti DPR RI Komisi IX yang membidangi langsung kesehatan dan Komisi VI yang membidangi BUMN.

“Dengan harapan ada alokasi anggaran dan CSR yang bisa dimanfaatkan untuk kaitannya dengan pencegahan stunting,” katanya.

Baca juga: BKKBN sebut kemiskinan musuh bersama dalam pengentasan stunting

Pihak lain yang ikut diajak Fatayat NU ikut mempercepat mengentaskan stunting adalah Komisi V, yang membidangi masalah di desa dan daerah tertinggal. Margaret mengatakan keterlibatan mereka sangat penting karena pencegahan stunting yang paling dekat dengan masyarakat adalah melalui pemerintah desa.

Margaret melanjutkan, pihaknya juga mengajak komunitas lintas agama dan tokoh agama untuk menyelipkan isu stunting dalam setiap ceramahnya.

“Kalau di Fatayat ada Forum Daiyah Fatayat (Fordaf), salah satunya mereka tidak melulu bicara soal agama. Ketika mereka melakukan ceramah di satu sisi lain adalah pemberian muatan pada masyarakat terkait dengan upaya pencegahan stunting,” ujar Margaret.

Baca juga: Kowani sebut perlu kolaborasi untuk atasi permasalahan stunting

Sementara pada keluarga, Fatayat NU melakukan penguatan pada para ibu dengan meningkatkan edukasi terkait pencegahan stunting dan cara menjaga kesehatan sejak usia mudanya sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kaidah lainnya.

“Ibu menjadi salah satu kunci untuk upaya pencegahan stunting. Makanya kami memberikan muatan edukasi-edukasi pada mereka, dan termasuk juga tidak hanya ibu berdiri sendiri tapi juga melibatkan dari pilar yang ikut melakukan upaya pencegahan stunting,” ujarnya.

Baca juga: BKKBN: Pengentasan stunting butuh komitmen kuat keluarga
Baca juga: KOPMAS: Pengentasan stunting butuhkan kolaborasi banyak pihak


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023