Tingginya kadar air diakibatkan dari penjenuhan oleh hujan yang telah berlangsung cukup lama sebelum kejadian
Bantul (ANTARA) - Tim Pengkaji dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut kadar air tanah yang tinggi menyebabkan kelongsoran pada ruas badan jalan di wilayah Pedukuhan Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada akhir Desember 2022.

Seorang peneliti dari Tim Pengkaji Fakultas Teknik UGM, Fikri Faris di Bantul, Kamis, mengatakan, tanah lanau lempungan berplastisitas tinggi di segmen ruas jalan longsor memiliki tingkat kejenuhan penuh dalam artian seluruh pori-pori tanah terisi oleh air.

"Tingginya kadar air diakibatkan dari penjenuhan oleh hujan yang telah berlangsung cukup lama sebelum kejadian," katanya dalam konferensi pers bersama Bupati Bantul terkait Analisis Kelongsoran Badan Jalan di Pedukuhan Wunut, Desa Sriharjo, Bantul.

Menurut dia, kadar air yang tinggi mengakibatkan tanah bersifat sangat lunak, memiliki daya dukung yang rendah, dan sangat mudah bergerak.

"Sehingga menyebabkan konstruksi turap beton pre-cetak tidak dapat menahan gerakan tanah yang terjadi," katanya.

Baca juga: Peneliti UGM lakukan pengeboran tanah di lokasi jalan ambles Sriharjo

Peneliti dari Tim Pengkaji UGM lainnya I Gde Budi Indrawan mengatakan segmen ruas jalan longsor di Desa Sriharjo berada pada morfologi lembah perbukitan di atas lereng Kali Oyo. Di selatan segmen ruas jalan longsor, aliran air Kali Oyo berbelok ke arah utara sehingga cenderung menggerus lereng sungai pada segmen ruas jalan longsor.

"Konstruksi jalan desa ini berada di atas endapan alluvial lanau lempungan yang dialasi oleh batuan breksi andest Formasi Nglanggran. Tanah lanau lempungan di segmen ruas jalan longsor memiliki ketebalan hingga 12 meter dan sifat plastisitas tinggi," katanya.

Ali Awaludin dari Tim Pengkaji UGM lainnya mengatakan untuk menjamin konstruksi jalan yang stabil dan handal perlu perencanaan yang komprehensif mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain geomorfologi sungai, geologi, air tanah, curah hujan, kegempaan, geoteknik, dan tata guna lahan.

"Sebagai langkah awal, direkomendasikan untuk melakukan pekerjaan stabilisasi tebing sungai yang dapat ditempuh dengan cara pembangunan dinding penahan tanah pondasi dalam," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan dapat juga ditambahkan konstruksi bronjong untuk melindungi tebing dari gerusan aliran sungai dan penggantian tanah (soll replacement) untuk meminimalkan deformasi badan jalan.

Baca juga: UGM lakukan penelitian di lokasi jalan ambles Desa Sriharjo Bantul
Baca juga: Bantul tunggu rekomendasi pakar geologi perbaiki jalan ambles Sriharjo

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023