Yogyakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Kedokteran Herbal Universitas Gadjah Mada (UGM) Arko Jatmiko Wicaksono mengembangkan aplikasi skrining doping untuk mencegah para atlet mengonsumsi produk obat atau suplemen mengandung senyawa doping.

"Kami ingin para atlet dapat terhindar dari ketidaksengajaan mengonsumsi doping," kata Arko Jatmiko dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat.

Arko yang juga dosen Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mencatat lebih dari 2.500 produk obat dan suplemen kesehatan teregistrasi BPOM yang diduga mengandung senyawa doping.

"Di luar itu, masih ditemukan suplemen tak teregistrasi BPOM beredar secara luas dan mudah dibeli justru melalui toko daring," kata dia.

Dia menjelaskan doping merupakan obat perangsang untuk meningkatkan daya atau tenaga.

Menurut dia, kandungan senyawa doping dapat tersedia dalam bentuk obat, suplemen, hormon, dan sebagainya.

"Akibat doping ini, banyak atlet dicabut gelar juaranya karena terbukti mengonsumsi doping," kata Arko.

Baca juga: IADO beri edukasi anti-doping bagi atlet bulu tangkis menuju Olimpiade

Untuk mencegah atlet mengonsumsi senyawa yang berkategori doping, Arko bersama dua orang mahasiswa S1 Kedokteran UGM Santi Andriyani dan Christopher William kemudian melakukan pemetaan produk-produk obat dan suplemen kesehatan mengandung senyawa doping yang beredar di Indonesia.

Selanjutnya, kata dia, seluruh daftar produk obat dan suplemen mengandung senyawa doping itu dikonversi menjadi semacam katalog-pencarian online berbasis website.

Menurut dia, pembuatan aplikasi Skrining Doping itu bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KONI DIY) serta beberapa mahasiswa Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI).

Pembuatan aplikasi itu juga didukung oleh Lembaga Indonesian Anti-Doping Organization (IADO) yang berkedudukan langsung di bawah Kementrian Pemuda dan Olahraga.

Arko berharap aplikasi yang dikembangkan tersebut bisa membantu para atlet, pelatih, tim paramedis, dokter, apoteker hingga perawat dalam mengambil keputusan apakah suatu obat atau suplemen kesehatan boleh dikonsumsi oleh atlet atau tidak.

Baca juga: IADO targetkan semua atlet berprestasi pada PON 2024 tes anti-doping
 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024