Surabaya (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melakukan peninjauan kesiapan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya terkait rencananya untuk membuka Fakultas Kedokteran dan Kesehatan.

"Pendirian Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ITS dilatarbelakangi oleh kurangnya jumlah dokter di Indonesia. Menurut standar World Health Organization (WHO), idealnya seorang dokter melayani seribu orang," kata Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari saat menyambut rombongan dari Kemenkes di kampus setempat, Jumat.

Namun kenyataannya, lanjut rektor yang akrab disapa Ashari ini, jumlah dokter di Indonesia masih belum memenuhi kriteria tersebut. Saat ini, Indonesia hanya memiliki 170.000 dokter, sehingga masih dibutuhkan 100.000 dokter untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

"Dari data Direktorat Pendidikan Tinggi, tiap tahunnya Indonesia meluluskan sekitar 4.500 dokter baru," kata guru besar Teknik Elektro ITS ini.

Sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia, menurut Ashari, ITS tentu ingin turut berkontribusi guna memenuhi kebutuhan dokter tersebut. Tak hanya ingin mencetak lulusan dokter, ITS juga ingin meluluskan dokter yang melek teknologi.

"Karena ketika kedokteran dikolaborasikan dengan teknologi akan bisa membawa perubahan yang besar," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, tim dari Kemenkes melakukan verifikasi pada sarana prasarana yang dimiliki oleh Fakultas Kesehatan dan Kedokteran ITS.

Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes RI, Arianti Anaya menyebut kolaborasi antara teknologi dengan dunia kedokteran akan sangat baik sekali. Alat kesehatan di Indonesia 95 persen di antaranya adalah masih hasil impor.

"Hal ini cukup ironis mengingat banyaknya insinyur dan juga dokter yang kompeten di Indonesia," kata dia.

Tak hanya itu, Arianti juga mengapresiasi tekad dan keseriusan ITS dalam membuka fakultas baru ini. Menurutnya, ITS memiliki peluang yang cukup besar untuk membuka dan mengembangkan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ini.

Arianti juga memberi wejangan agar ITS juga bisa berkontribusi dalam memproduksi alat kesehatan yang dibutuhkan Indonesia.


Baca juga: Akademisi Unissula: Fasilitasi pembukaan program kedokteran di daerah
Baca juga: Pendidikan kedokteran tidak terbatas hanya penyediaan jumlah dokter

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023