Port Louis (ANTARA) - Mauritius menghentikan sementara penerbangan dan bursa saham ketika siklon tropis Freddy mendekati negara kepulauan di Samudra Hindia itu pada Senin.

Langkah itu diambil Mauritius ketika Madagaskar, negara tetangganya, bersiap menghadapi kemungkinan hujan lebat, banjir, dan tanah longsor di empat wilayah di pulau itu.

Siklon Freddy, yang bergerak dengan kecepatan hingga 120 km per jam menimbulkan ancaman langsung bagi Mauritius, kata badan cuaca negara itu.

“Saat Freddy mendekat, gelombang badai kemungkinan akan menyebabkan banjir rob di daerah-daerah yang berisiko. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk tidak melaut," menurut buletin dari badan cuaca Mauritius.

Siklon itu dapat bergerak hingga 120 km bagian utara-barat laut pulau itu pada sore hari.

Sementara itu, otoritas di Madagaskar, yang berjarak sekitar 1.130 km sebelah barat Mauritius, mengatakan bahwa badai diprediksi terjadi pada Selasa (21/2) malam di wilayah antara Mahanoro di timur dan Manakara di tenggara.

Badan cuaca Madagaskar mengatakan hujan sangat deras dan banjir rob tinggi harus diwaspadai di daerah-daerah yang berisiko terkena dampak.

Badan penanggulangan bencana pemerintah sudah mengirim tenda, tali dan gergaji serta kebutuhan lainnya ke empat distrik yang kemungkinan besar akan terkena dampak, kata beberapa pejabat.

Kepulauan Samudra Hindia dan Mozambik di lepas pantai Afrika telah dilanda serangkaian badai dan siklon mematikan yang telah memaksa ribuan orang mengungsi, menghancurkan bangunan, dan merusak tanaman pertanian.

Pada Januari, badai tropis Cheneso menewaskan 33 orang dan menyebabkan 20 orang hilang di Madagaskar.

Menurut pemerintah setempat, hampir 37 ribu orang telah mengungsi akibat badai itu.

Cheneso, badai tropis pertama yang melanda negara itu tahun ini, juga menyebabkan banjir dan tanah longsor.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kerugian Siklon Gabrielle di Selandia Baru dapat lebihi 8 miliar dolar
Baca juga: Sudah 11 tewas akibat Siklon Gabrielle di Selandia Baru, ribuan hilang

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023