Tim tersebut datang dari Swiss dan Belgia. Mereka nanti akan memberikan rekomendasi dari hasil penelitiannya terhadap sistem pengolahan sampah di Kota Mataram
Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menerima kunjungan tim peneliti dari United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) untuk melihat tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) salah satunya melalui pengembangan budi daya maggot.

"Tim tersebut datang dari Swiss dan Belgia. Mereka nanti akan memberikan rekomendasi dari hasil penelitiannya terhadap sistem pengolahan sampah di Kota Mataram," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Selasa.

Kemal yang ditemui di sela mendampingi tim peneliti bertemu dengan Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana, mengatakan, Kota Mataram dipilih sebagai lokasi penelitian karena mereka tertarik dan menilai pengelolaan sampah yang dilakukan di Kota Mataram sudah bagus.

Selain itu, Kota Mataram disebut sebagai daerah dengan pengendalian perubahan iklim cukup bagus salah satunya dengan pengelolaan sampah yang paling baik di Indonesia Timur, sehingga Mataram diminta untuk mempertahankan pohon-pohon pelindung sebagai sumber oksigen serta mengurangi polusi udara.

Karena itu, hasil penelitian yang akan dilakukan mereka akan dituangkan dalam bentuk program yang akan dikembangkan di Kota Mataram. Nantinya program-program tersebut diajukan kepada para donator dan bisa membantu Kota Mataram untuk pengolahan sampah secara maksimal.

"Salah satu program yang pernah direncanakan dengan UCLG ASPAC adalah sebagai percontohan lokasi uji coba pengolahan sampah menjadi biogas," katanya.

Sementara kedatangan tim ke Kota Mataram kali ini, katanya, tertarik dengan pengolahan sampah melalui pengembangan maggot sehingga tim langsung berkunjung ke Mataram Magot Center (MMC) yang ada di TPST Kebon Talo.

Pengolahan sampah melalui budi daya manggot mampu mengurangi sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hingga 3 ton sampah organik per hari.

"Tiga ton sampah tersebut, kita hasilkan dari pemilahan sampah rumah tangga sekitar 15 ton per hari yang masuk ke TPST Kebon Talo," katanya.

Ia mengatakan, tingginya kebutuhan sampah organik terutama sampah rumah tangga seperti sisa makanan, buah, dan sayur itu karena semakin banyaknya pengembangan budi daya maggot di MMC Kebon Talo.

Apalagi setelah MMC beroperasi secara utuh sejak Januari 2023, dengan penambahan fasilitas kotak-kotak budi daya maggot sehingga produksi maggot di MMC saat ini sudah mencapai 5 ton per bulan.

Untuk meningkatkan produksi maggot, DLH saat ini juga sedang membuat rak tambahan sekitar 500 unit sebagai tempat budi daya maggot agar target produksi maggot 10 ton per bulan bisa tercapai.

"Dengan melihat kebutuhan sampah organik untuk makanan maggot tersebut, bisa kita simpulkan bahwa budi daya maggot efektif untuk kurangi pembuangan sampah ke TPA. Selain itu kita bisa membantu meringankan modal pembudi daya ikan," demikian Kemal Islam.

Baca juga: DLH: Budi daya maggot kurangi sampah ke TPA hingga 3 ton per hari

Baca juga: Disdik Mataram minta sekolah-kelurahan bersinergi tangani sampah

Baca juga: Negara Denmark lirik program budi daya maggot di Mataram

Baca juga: DLH Mataram kembangkan maggot di TPST modern Mandalika

Pewarta: Nirkomala
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023