Dubai (ANTARA) - Sebuah yayasan asal Iran menjanjikan imbalan 1.000 meter persegi lahan pertanian kepada seorang pria yang tahun lalu telah melukai novelis Salman Rushdie, menurut saluran TV pemerintah pada Selasa.

Rushdie, 75 tahun, kehilangan satu matanya dan salah satu lengannya setelah ditikam saat menyampaikan materi di atas panggung dalam acara sastra yang digelar di New York, Amerika Serikat.

Hadi Matar, seorang Muslim Syiah dari New Jersey, AS, mengaku 'tidak bersalah' atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan tingkat dua itu.

"Kami sangat berterima kasih atas keberanian pemuda Amerika yang telah membuat orang-orang Muslim berbahagia dengan membuat salah satu mata Rushdie buta dan membuat tangannya cacat," kata Mohammad Esmail Zarei, Sekretaris Yayasan untuk Implementasi Fatwa-Fatwa Imam Khomeini.

Rushdie sekarang bagai mayat hidup, dan sebagai penghargaan atas keberanian tersebut, maka kami akan mendonasikan sekitar 1.000 meter persegi lahan pertanian kepada yang bersangkutan atau pengacaranya, kata dia menambahkan.

Seorang novelis kelahiran India, Rushdie, hendak memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution. Polisi mengatakan, Matar merangsek ke panggung dan menikam sang penulis.

Serangan tersebut terjadi 33 tahun setelah mendiang pemimpin tertinggi Syiah Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan sebuah fatwa yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie setelah penerbitan bukunya "Ayat-Ayat Setan".

Sebagian Muslim memandang bagian-bagian yang menceritakan soal Nabi Muhammad dalam novel tersebut sebagai penistaan agama.

Keluarga Matar berasal dari kota Yaroun di Lebanon selatan.

Tinjauan penegak hukum terhadap akun media sosial Matar menunjukkan bahwa dia bersimpati terhadap ekstremisme Syiah dan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, menurut surat kabar NBC New York.

Hizbullah, kelompok asal Lebanon yang didukung Iran, mengatakan pada Agustus lalu bahwa mereka tidak tahu-menahu tentang serangan terhadap Rushdie.

Rushdie, yang lahir di India dari keluarga Muslim Kashmir, telah lama hidup di bawah ancaman fatwa Iran yang menyerukan pembunuhannya. Dia menghabiskan sembilan tahun bersembunyi di bawah perlindungan kepolisian Inggris.

Pemerintah Iran yang pro-reformasi, di bawah kepemimpinan Presiden Mohammad Khatami, telah menjauhkan diri dari fatwa tersebut pada akhir 1990-an.

Namun, imbalan jutaan dolar untuk pembunuhan Rushdie terus bertambah dan fatwa tersebut tidak pernah dicabut.

Pengganti Khomeini sebagai pemimpin tertinggi Syiah Iran, Ayatollah Ali Khamenei, diskors dari Twitter pada 2019 karena mengatakan fatwa terhadap Rushdie "tidak dapat dibatalkan".

Sumber: Reuters

Baca juga: Ventilator Salman Rushdie dicopot dan mulai pulih

Baca juga: Iran salahkan Salman Rushdie dan pendukungnya atas serangan pisau

Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023