Moskow (ANTARA) - Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan perang di Ukraina akan berakhir jika Amerika Serikat berhenti memasok senjata ke Kiev.

Medvedev menuding AS memimpin upaya internasional yang disatukan oleh tujuan untuk menimbulkan kekalahan strategis di Rusia.

Dia juga menyebut pernyataan Presiden AS Joe Biden tentang akhir perang jika pasukan Rusia menarik diri adalah kebohongan.

"Jika Rusia menghentikan operasi khususnya, tanpa meraih kemenangan, tidak akan ada Rusia, itu akan hancur. Jika AS berhenti memasok senjata ke rezim Kiev, perang akan berakhir," tulis Medvedev di Telegam pada Rabu.

Dia kemudian mengomentari pengumuman Presiden Vladimir Putin mengenai keputusan yang telah lama tertunda untuk menangguhkan partisipasi Rusia dalam Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (START), sementara Biden berbicara tentang orang Rusia di depan kerumunan warga Polandia.

Baca juga: Putin menyerang Ukraina tanpa alasan, kata anggota Parlemen Eropa

Medvedev, yang adalah mantan presiden dan perdana menteri, mengatakan bahwa keputusan Rusia untuk menjauh dari perjanjian START yang baru akan memiliki gaung yang sangat besar di seluruh dunia pada umumnya, dan di AS pada khususnya.

Menurut pejabat itu, sejauh ini AS telah memasok senjata dalam jumlah besar ke Ukraina, serta berupaya untuk mengalahkan, menahan, dan menghancurkan Rusia.

AS juga disebutnya meninggalkan keamanan strategis sebagai topik terpisah dan tidak menyangkut hubungan antara kedua negara.

“Kesimpulan ini (stabilitas keamanan yang terpisah dari konflik di Ukraina) lebih buruk daripada kejahatan–ini adalah kesalahan besar Amerika. Rasa superioritas dan impunitas mereka," kata dia.

Baca juga: Rusia dianggap ancaman keamanan terbesar bagi Swedia

“Lagipula, jelas bagi semua kekuatan bahwa jika AS ingin mengalahkan Rusia, maka kita berada di ambang konflik global. Jika AS ingin mengalahkan Rusia, maka kita berhak membela diri dengan senjata apa pun, termasuk senjata nuklir," tegas Medvedev.

Dia menambahkan bahwa Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian itu sehingga Barat tidak dapat mengalahkannya di medan perang dan mendesak elite AS untuk memikirkan apa yang telah mereka lakukan.

“Kami juga akan memantau reaksi kekuatan nuklir lain yang berpartisipasi dalam NATO: Prancis dan Inggris. Kekuatan nuklir strategis mereka biasanya tidak termasuk dalam keseimbangan hulu ledak nuklir dan kapal induk dalam persiapan perjanjian antara AS dan Uni Soviet (yang menandatangani perjanjian START pada 1991), dan kini adalah waktu yang tepat untuk melakukannya," kata Medvedev.


Sumber: Anadolu

Baca juga: Biden tegaskan dukungan AS untuk Ukraina dan NATO

Baca juga: Episode menentukan dalam satu tahun perang Ukraina-Rusia

Baca juga: Biden sebut demokrasi dunia lebih kuat setelah serangan Rusia

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023