Singapura (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Kamis sore, karena pasar mulai menerima gagasan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan tetap pada jalur kenaikan suku bunga yang agresif, setelah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir memperkuat retorika hawkish bank sentral. Hampir semua pembuat kebijakan Fed menyukai penurunan skala dalam laju kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan terakhir bank sentral AS, risalah dari pertemuan FOMC (Komite Pasar Federal Terbuka) 31 Januari - 1 Februari menunjukkan pada Rabu (22/2/2023).

Namun, mereka juga mengindikasikan membatasi inflasi yang terlalu tinggi akan menjadi "faktor kunci" dalam berapa banyak suku bunga perlu dinaikkan.

Dolar mundur dari tertinggi multi-minggu terhadap beberapa mata uang utama di perdagangan Asia, setelah kenaikan luas di sesi sebelumnya, menyusul rilis risalah pertemuan Fed.

Euro naik 0,13 persen menjadi 1,0618 dolar, menjauh dari level terendah sekitar tujuh minggu di 1,0598 dolar yang dicapai di sesi sebelumnya.

Aussie menguat 0,26 persen menjadi 0,6823 dolar AS, juga meluncur ke level terendah tujuh minggu di 0,6795 dolar AS pada Rabu (22/2/2023), lebih jauh ditekan oleh melesetnya perkiraan pertumbuhan upah Australia pada kuartal terakhir.

Perdagangan menipis pada Kamis dengan pasar di Jepang tutup untuk liburan.

"Banyak bank sentral di seluruh dunia...mencoba menekankan tekad mereka untuk memerangi ekspektasi inflasi," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.

"Tema lebih tinggi untuk lebih lama dapat terus melemahkan sentimen."

Sementara itu, sterling naik 0,07 persen menjadi 1,2053 dolar setelah penurunan 0,6 persen di sesi sebelumnya, sementara dolar Selandia Baru naik 0,29 persen menjadi 0,6238 dolar AS.

Kiwi terus menarik beberapa dukungan dari kenaikan suku bunga hawkish Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) pada Rabu (22/2/2023), setelah bank sentral mengisyaratkan pengetatan lebih lanjut untuk menjinakkan inflasi yang tinggi.

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS tergelincir 0,12 persen menjadi 104,40, meskipun tidak jauh dari puncaknya selama satu bulan di 104,67 yang dicapai minggu lalu.

"Bagian perdagangan short dolar telah berakhir," kata Galvin Chia, ahli strategi pasar negara berkembang di NatWest Markets.

"Sampai rilis besar dapat mengubah pandangan, bias pasar tampak seperti 'berita baik adalah berita buruk' - ekonomi AS yang tangguh berisiko negatif."

Di Asia, yen Jepang naik tipis menjadi 134,81 per dolar, dengan perhatian sekarang pada pidato Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda yang akan datang.

Ueda akan berbicara di parlemen pada Jumat (24/2/2023) dan Senin (27/2/2023, dan berpotensi menawarkan beberapa petunjuk tentang seberapa cepat BoJ dapat mengakhiri kebijakan pengendalian imbal hasil obligasinya.


Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, investor bersiap suku bunga lebih tinggi
Baca juga: Rupiah Kamis pagi naik jadi Rp15.190 per dolar AS
Baca juga: Dolar menguat setelah risalah Fed indikasikan suku bunga lebih tinggi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023