Kuta (ANTARA News) - Satu-satunya produsen vaksin di Indonesia PT Bio Farma (Persero) tetap mengutamakan kebutuhan dalam negeri yakni dengan memenuhi kewajiban produsen tersebut dalam memenuhi program imunisasi nasional.

"Program imunisasi nasional itu jika sudah terpenuhi maka baru kami bisa melakukan ekspor, kita tetap penuhi kebutuhan dalam negeri," kata Corporate Secretary PT Bio Farma (Persero) Rahman Rustan, di Kuta, Bali, Rabu.

Menurut dia 60 hingga 70 persen omzet keseluruhan itu berasal dari ekspor yang dipasarkan ke 117 negara di dunia. Namun, kebutuhan domestik tetap diutamakan.

Dia mengatakan bahwa produsen vaksin yang berdiri sejak tahun 1890 itu sepenuhnya melayani imunisasi dasar bagi warga negara Indonesia.

Imunisasi dasar itu di antaranya meliputi untuk vaksin tetanus, hepatitis B dan difteri dengan total produksi mencapai 1,7 miliar dosis per tahun untuk program imunisasi nasional.

Jumlah itu, lanjut Rahman, untuk memenuhi cakupan rata-rata lima juta bayi per tahun, 25 juta anak usia sekolah, dan 12 juta wanita usia subur.

Menurut dia, saat ini masih ada tiga produk yang belum diajukan ke Badan Kesehatan Dunia-WHO untuk menjalani prakualifikasi mengingat produk tersebut masih sangat dibutuhkan di dalam negeri, salah satunya vaksin untuk mencegah penyakit tuberculosis-TBC.

Vaksin lainnya seperti vaksin flu burung dan rabies saat ini masih dalam tahap penelitian untuk bisa dibuat di dalam negeri.

"Beberapa vaksin rabies ada yang masih diimpor dan ke depan itu masih dalam tahap penelitian. Tantangannya bagaimana itu bisa dipercepat untuk produksi baru," katanya.

Hingga saat ini 11 produk vaksin produksi Bio Farma telah mendapatkan prakualifikasi  dengan pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan dikawal oleh WHO.

(ANTARA)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012