Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia tergelincir pada awal perdagangan Senin, karena pasar dipaksa untuk memperkirakan puncak suku bunga AS dan Eropa yang semakin tinggi, memukul obligasi secara global dan mendorong dolar ke level tertinggi beberapa minggu.

Investor bersiap untuk data AS yang lebih menantang termasuk angka manufaktur dan jasa-jasa ISM yang diawasi ketat, yang terakhir menjadi sangat penting setelah lonjakan aktivitas yang tidak terduga pada Januari.

Ada juga setidaknya enam pembuat kebijakan Federal Reserve yang akan berbicara minggu ini untuk memberikan komentar tentang kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

China memiliki survei manufaktur dan Kongres Rakyat Nasional dimulai pada akhir pekan dan akan melihat target serta kebijakan ekonomi baru, serta perombakan pejabat pemerintah.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 0,5 persen, setelah terpangkas 2,6 persen minggu lalu. Nikkei Jepang dibuka melemah 0,4 persen, indeks KOSPI Korea Selatan jatuh 0,9 persen dan indeks S&P/ASX 200 Australia anjlok 1,3 persen.

S&P 500 berjangka datar, sementara Nasdaq berjangka naik tipis 0,1 persen. 

Fed berjangka sekarang memprediksi suku bunga memuncak di 5,42 persen, menyiratkan setidaknya tiga kenaikan lagi dari kisaran 4,50 persen-4,75 persen saat ini. Pasar juga telah mendorong kemungkinan kenaikan suku bunga untuk Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE).

Bruce Kasman, kepala riset ekonomi di JPMorgan telah menambahkan kenaikan seperempat poin lagi ke prospek ECB, menjadikannya 100 basis poin. Imbal hasil obligasi 2 tahun Jerman menembus di atas 3,0 persen pada Jumat (24/2/2023) untuk pertama kalinya sejak 2008.

"Risiko jelas condong ke arah tindakan yang lebih besar dari The Fed," kata Kasman.

"Permintaan terbukti tangguh dalam menghadapi pengetatan dan berlanjutnya kerusakan pasokan akibat pandemi membatasi moderasi inflasi," tambahnya. "Transmisi pergeseran cepat dalam kebijakan yang masih berlangsung juga meningkatkan risiko resesi yang tidak diinginkan oleh bank-bank sentral."

Pelacak GDP Now yang berpengaruh dari Fed Atlanta memperkirakan ekonomi AS tumbuh 2,7 persen secara tahunan pada kuartal pertama, tidak menunjukkan perlambatan dari kuartal Desember.

Suku bunga dan imbal hasil yang lebih tinggi meregangkan penilaian untuk ekuitas, terutama yang memiliki rasio PE (price to earning) tinggi dan pembayaran dividen rendah, yang mencakup sebagian besar sektor teknologi.

Saham di Amerika Serikat diperdagangkan dengan PE sekitar 17,5 kali ke depan, dibandingkan dengan 12 kali lipat untuk saham non-AS.

Obligasi pemerintah sepuluh tahun juga memberikan imbal hasil lebih dari dua kali perkiraan hasil dividen Indeks S&P 500, dan dengan risiko yang jauh lebih kecil.

Dengan hampir berakhirnya musim laporan keuangan, sekitar 69 persen laba mengalami kenaikan, dibandingkan dengan rata-rata historis 76 persen, dan pertumbuhan laba tahunan berjalan sekitar -2,0 persen.

Pergeseran ke atas dalam ekspektasi Fed telah menjadi keuntungan bagi dolar AS, yang naik 1,3 persen terhadap sekeranjang mata uang minggu lalu untuk bertahan di 105.220.

Euro diperdagangkan di 1,0548 dolar, setelah menyentuh level terendah tujuh minggu di 1,0536 dolar akhir pekan lalu.

Dolar mencapai puncak sembilan minggu terhadap yen untuk bertahan di 136,40, sebagian dibantu oleh komentar dovish dari pembuat kebijakan utama Bank Sentral Jepang.

Kenaikan dolar dan imbal hasil telah menjadi beban bagi emas, yang merosot 1,7 persen minggu lalu dan terakhir berada di 1.812 dolar AS per ounce.

Harga minyak lebih tinggi karena prospek ekspor Rusia yang lebih rendah diimbangi oleh meningkatnya persediaan di Amerika Serikat serta kekhawatiran atas aktivitas ekonomi global. Brent naik 35 sen menjadi diperdagangkan di 83,51 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 34 sen menjadi diperdagangkan 76,66 dolar AS per barel.


Baca juga: Ekuitas Asia jatuh tertekan kekhawatiran prospek kenaikan suku bunga
Baca juga: Saham Asia jatuh, reli dolar tertahan saat investor tunggu isyarat Fed
Baca juga: Ekuitas Asia jatuh, khawatir bank sentral terus naikkan suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023