Pada laman SiBima BKKBN, para kader yang mengakses BKB EMAS bisa mendapatkan pengetahuan berupa buku dan media e-learning pengguna BKB EMAS untuk mempelajari 1.000 HPK secara mandiri.
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengembangkan Sistem Belajar Mandiri (SiBima) dalam kelas Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB EMAS) untuk membuat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seorang anak lebih bermakna.

“Buku panduan ini merupakan salah satu kelengkapan dalam BKB Kit Stunting. Saya yakin kabupaten/kota, PKB/PLKB dan kader telah memiliki dan menggunakan buku ini sebagai bahan penyuluhan keluarga di kelas BKB,” kata Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti dalam peluncuran SiBima dan De’Best di 1.000 HPK di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa pada laman SiBima BKKBN, para kader yang mengakses BKB EMAS bisa mendapatkan pengetahuan berupa buku dan media e-learning pengguna BKB EMAS untuk mempelajari 1.000 HPK secara mandiri.

Peningkatan dalam SiBima menggunakan Learning Management System (LMS), sehingga baik panduan maupun pembelajaran dapat digunakan dengan mudah oleh para kader untuk nantinya diajarkan pada orang tua.

Tiap materi yang ada di dalamnya pun, dibuat secara relevan dengan situasi di lapangan dan keluarga Indonesia. Revisian materi dalam BKB EMAS tersebut disusun secara inklusif bersama Tanoto Foundation, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), PKB/PLKB dan para kader BKB.

Materi-materi tersebut tentunya akan berkaitan dengan pengasuhan/parenting bersama dari kedua orang tua, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0-23 bulan, pembentukan karakter anak, promotif preventif pemeliharaan kesehatan, gizi dan perlindungan anak serta adanya rujukan/konseling/perawatan/bansos, dan administrasi kependudukan dan jaminan Kesehatan

Ia mengatakan seiring dengan upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak secara utuh baik dari segi perawatan, pendidikan, dan pengasuhan agar anak tumbuh kembang optimal, desa/kelurahan menjadi tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan kelompok kegiatan BKB.

“Desa/kelurahan memiliki peran yang besar dalam penyelamatan 1.000 HPK dan hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, dimana tujuan pembangunan desa antara lain meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia,” katanya.

Oleh karenanya, kehadiran SiBima bisa meningkatkan peran aktif desa, untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di desa. Utamanya dalam menurunkan angka stunting anak, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Ia menambahkan BKKBN tidak dapat bekerja sendiri, keterlibatan dan kolaborasi bersama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah hingga masyarakat perlu dibangun, guna mendukung upaya percepatan penurunan stunting khususnya di 1.000 HPK.

“Selain itu kami telah membentuk Tim Pendamping Keluarga atau kader sejenis lainnya yang dilengkapi dengan system informasi ELSMIL, penajaman program melalui PKB/PLKB bersama dengan Satgas, BKB dan posyandu juga perlu diperkuat akan digerakkan melalui kepemimpinan kepala desa/lurah,” demikian Nopian Andusti.

Baca juga: Indonesia bebas stunting bisa tercapai jika nutrisi 1000 HPK terpenuhi

Baca juga: BKKBN Sulsel gencarkan KIE pengasuhan 1.000 HPK tekan stunting

Baca juga: BKKBN: 1.000 hari pertama kehidupan pondasi utama manusia masa depan

Baca juga: Pakar gizi: generasi prima butuhkan "1.000 HPK"


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023