Kami sampai pada titik di mana kami melihat beberapa short-covering karena ini adalah akhir bulan
New York (ANTARA) - Harga minyak naik hampir dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menghapus kerugian sesi sebelumnya, karena harapan untuk pemulihan ekonomi yang kuat di China mengimbangi kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga AS yang menyeret turun konsumsi di ekonomi terbesar dunia itu. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terangkat 1,37 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 77,05 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April yang berakhir pada Selasa (28/2/2023), bertambah 1,44 dolar AS atau 1,8 persen menjadi 83,89 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak Mei yang lebih aktif menguat 1,41 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi ditutup di 83,45 dolar AS per barel.

"Kami sampai pada titik di mana kami melihat beberapa short-covering karena ini adalah akhir bulan," kata analis Price Group, Phil Flynn, dikutip dari Reuters.

Untuk Februari, Brent turun sekitar 0,7 persen, sementara WTI turun sekitar 2,5 persen.

Ekspektasi pemulihan permintaan di China mendukung kenaikan, dengan pasar menunggu data penting selama dua hari ke depan. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan aktivitas pabrik di ekonomi terbesar kedua dunia itu meningkat pada Februari.

"Pemulihan ekonomi China akan mendorong permintaannya untuk komoditas-komoditas lebih tinggi, dengan minyak berada di posisi yang paling diuntungkan," kata analis JPMorgan dalam catatan klien.

Ekspor minyak mentah Ural ke China dari pelabuhan-pelabuhan barat Rusia naik pada Februari dari bulan sebelumnya, karena biaya pengiriman yang lebih rendah dan permintaan yang meningkat, kata sumber Reuters.

Harga minyak diperkirakan akan naik di atas 90 dolar AS per barel menjelang paruh kedua 2023 karena permintaan China pulih dan produksi Rusia turun, jajak pendapat Reuters menunjukkan pada Selasa (28/2/2023).

Demikian pula, analis minyak JPMorgan mempertahankan perkiraan harga rata-rata 2023 mereka pada Brent di 90 dolar AS per barel.

Kenaikan dibatasi oleh ancaman lebih banyak kenaikan suku bunga AS setelah pesanan baru yang lebih kuat dari perkiraan untuk barang modal inti AS pada Januari, dengan Gubernur Federal Reserve AS Philip Jefferson mengatakan inflasi untuk jasa-jasa tetap "sangat tinggi".

Suara mereka yang mengharapkan kenaikan suku bunga 0,5 persen oleh Fed bulan depan semakin keras, kata analis PVM Oil, Tamas Varga.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (O{EC) telah memompa 28,97 juta barel per hari (bph) bulan ini, survei Reuters menemukan, naik 150.000 bph dari Januari. Produksi masih turun lebih dari 700.000 bph dari September.

Sementara itu di AS, produksi minyak mentah turun pada Desember menjadi 12,10 juta barel per hari, terendah sejak Agustus 2022, menurut data Badan Informasi Energi (EIA).

Namun, stok minyak mentah AS telah meningkat dan diperkirakan akan membukukan kenaikan 10 minggu berturut-turut, dengan para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan kenaikan hampir setengah juta barel minggu lalu.

Baca juga: Minyak menguat di Asia ditopang harapan pertumbuhan China
Baca juga: Minyak stabil di Asia setelah jatuh karena ketakutan suku bunga naik
Baca juga: Harga minyak jatuh terseret kekhawatiran kenaikan suku bunga AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023