Sharm El Sheikh, Mesir (ANTARA News) - Negara sahabat Amerika Serikat (AS), Bahrain, pada hari Minggu menyatakan dukungannya kepada Iran yang diniulai memiliki hak untuk mengembangkan proyek nuklir bertujuan untuk kepentingan kehidupan rakyat atau damai, namun mengingatkan kawasan Teluk Persia merupakan wilayah bebas dari senjata nuklir. Negara-negara Teluk selama ini memandang Iran dengan curiga sejak revolusi Iran 1979, dan bersikap sama dengan negara-negara Barat yang mengkhawatirkan kemungkinan Iran mengembangkan senjata nuklir, namun negera-negara tetangga Iran itu juga mengkhawatirkan apabila Iran diserang secara militer lantaran akan kembali mengguncang stabilitas kawasan tersebut pasca-konflik di Irak. Awal Mei 2006, enam negara Teluk menyeru kepada Iran, agar mengupayakan lebih keras lagi untuk meyakinkann dan menghilangkan rasa khawatir bahwa Iran bertujuan mengembangkan senjata nuklir. Namun, Wakil Perdana Menteri Bahrain, Sheikh Abdullah binb Khalid al-Khalifa, mengatakan bahwa hal itu tidak dapat diartikan bahwa Iran harus kehilangan haknya untuk mengembangkan nuklir yang bertujuan untuk hajat hidup rakyatnya, tujuan damai. "Sikap kami dalam soal nuklir sangatlah jelas, kami menginginkan kawasan Teluk bebas dari senjata nuklir tapi dalam arti tidak menolak teknologi nuklir," katanya kepada pers. Disela-sela pertemuan forum dunia usaha di Mesir, ia menimpali, "Dalam hal upaya pihak manapun membuat senjata nuklir kami sangat khawatir namun Iran telah mengatakan mereka tidak akan melakukan hal itu, dan kami mengatakan tak berkeberatan Iran mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan yang bersifat damai." Iran menyangkal tuduhan AS dan Eropa bahwa negara itu bekerja keras membuat senjata nuklir, karena proyek pengembangan nuklirnya murni bertujuan untuk memeperoleh sumber energi alternatif pengganti minyak bumi. Para pengritik Iran ada yang menilai bahwa ilmu dan teknologi proyek pengembangan nuklir untuk tujuan damai dapat dengan mudah diubah menjadi proyek pembuatan senjata. AS dan Uni Eropa meminta Iran segera menghentikan proyek pengayaan uraniumnya yang dikatakan hanya selangkah menuju pembuatan senjata nuklir. "Kami berpendapat setiap negara di dunia memiliki hak yang sama yaitu hak untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam ilmun teknologi nuklir yang bertujuan untuk hal-hal yang bersifat damai," kata Sheikh Abdullah. Sementara itu, pihak AS bersikeras bahwa Iran tak dapat diperbolehkan melakukan pengembangan nuklir sama sekali, namun kepala badan energi atom internasional (IAEA) yang merupakan badan di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan sejumlah politikus Jerman berpendapat Iran harus diberi haknya untuk melakukan penelitian proses pengayaan uranium secara terbatas. Ada kekhawatiran di kalangan negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi, apabila Iran berhasil membuat bom nuklir. Bahrain, yang menjadi negara tuan rumah bagi armada ketujuh AS, mengatakan bahwa hubungannya dengan Iran haruslah ditangani secara sangat hati-hati. "Iran adalah negara tetangga yang penting, dan kami selalu menginginkan hubungan yang baik dengan Iran," kata Sheikh Abdullah. Dewan Keamanan PBB memiliki wewenang untuk menjatuhkann sanksi terhadap Iran, apabila negeri kaya minyak itu tak dapat membuktikan program nuklirnya adalah program bertujuan damai. Negara-negara Arab lainnya belum menentukan sikapnya mengenai kemungkinan sanksi, dan Sheikh Abdullah tak mau berspekulasi apa yang akan Bahrain lakukan, apabila DK-PBB menjatuhkan sanksi kepada Iran. "Biarlah IAEA yang memikirkan apa yang harus dilakukan dan biarkan dunia memutuskannya, saya tak mau memberikan pernyataan untuk sesuatu yang hanya berdasarkan asumsi saja," tambahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006