Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia berjuang untuk keluar dari posisi terendah dua bulan pada Rabu pagi, dan mata uang aman dolar menguat karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga dan perlambatan pertumbuhan global membuat suasana suram, sementara pasar menunggu data ekonomi untuk memetakan arah ke depan.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang menyentuh level terendah sejak awal Januari di 509,4, sebelum merangkak naik kembali menjadi datar di 511,46. Indeks Nikkei Jepang dan S&P 500 berjangka masing-masing dibuka turun 0,5 persen.

Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 menguat 0,4 persen pada awal perdagangan, indeks Hang Seng Hong Kong terangkat 1,8 persen.

Data pertumbuhan dan inflasi Australia yang lebih lemah dari perkiraan mengirim dolar Australia ke level terendah dua bulan di 0,6696 dolar pada awal perdagangan, tetapi mengangkat pasar saham lokal dari posisi terendah karena para pedagang mengurangi ekspektasi suku bunga.

Aussie turun hampir 6,0 persen dari level tertinggi delapan bulan yang dicapai pada awal Februari.

Dolar AS, yang naik terhadap sebagian besar mata uang utama hingga Februari, secara umum stabil. Dengan saham telah mengembalikan keuntungan Januari pada Februari, sementara obligasi turun karena kekhawatiran baru tentang kenaikan suku bunga, pedagang melihat indikator ekonomi berikutnya untuk mengukur prospek.

Data manufaktur China datang lebih kuat dari yang diharapkan, memberikan sedikit dukungan untuk yuan China. Angka PMI (Indeks Manajer Pembelian) AS dari ISM akan dirilis hari ini.

"Siklus data yang akan datang dan revisi perkiraan yang diantisipasi oleh bank-bank sentral, yang akan disajikan selama 2-3 minggu ke depan, akan sangat penting dalam membentuk perdagangan pasar keuangan berikutnya," kata analis ANZ Bank dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Pembacaan inflasi yang lebih panas dari perkiraan di Eropa semalam mendorong penjualan obligasi, sebelum angka kepercayaan AS yang lebih lemah dari perkiraan mungkin menawarkan secercah harapan bahwa kenaikan suku bunga menggigit dan mungkin berada dalam jarak yang sangat dekat untuk mencapai puncaknya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, panduan ekspektasi suku bunga AS jangka pendek, mendekati tertinggi empat bulan, tetapi di 4,8407 persen berada di bawah puncak November di 4,8830 persen. Imbal hasil 10-tahun naik tiga basis poin menjadi 3,9454 persen di Asia.

Di pasar mata uang, selain penurunan Aussie, pergerakan cukup diredam. Euro bertahan di 1,0556 dolar dan yen merosot sedikit ke 136,46 terhadap dolar.

Komoditas-komoditas stabil karena permintaan China berharap menyeimbangkan kekhawatiran pertumbuhan global, dan minyak mentah Brent berada di 83,45 dolar AS per barel.

Geopolitik juga membuat investor tetap waspada. Kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Kyiv dan pengabaian perjanjian kontrol senjata nuklir terakhir yang tersisa dengan AS oleh Presiden Rusia Vladimir Putin menandakan pengerasan posisi.

China, yang mengisyaratkan dukungan untuk Rusia dengan mengirimkan diplomat tertingginya ke Moskow pekan lalu, telah mengeluarkan seruan untuk perdamaian, meskipun telah ditanggapi dengan skeptis dan Washington mengatakan dalam beberapa hari terakhir khawatir bahwa China dapat mengirim senjata ke Rusia.

"Jika Beijing mengirim senjata ke Rusia, itu berisiko menghancurkan ekonomi dunia secara geopolitik dengan cepat," kata kepala penelitian Rabobank, Jan Lambregts. "Pasar bahkan belum mulai merenungkan apa artinya ini."

Baca juga: IHSG berpeluang variatif seiring perkiraan inflasi domestik turun
Baca juga: Saham Asia jatuh karena prospek suku bunga AS tinggi lebih lama
Baca juga: Saham Asia dibuka sedikit lebih tinggi, kenaikan dolar AS terhenti

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023