Harga minyak terus didukung oleh ekspektasi rebound yang kuat dalam permintaan di China, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia
Singapura (ANTARA) - Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Rabu sore, memperpanjang kenaikan untuk sesi kedua beruntun setelah lonjakan kuat di manufaktur di China, importir minyak mentah utama dunia, mendorong prospek permintaan bahan bakar global.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terangkat 45 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 83,90 dolar AS per barel pada pukul 08.00 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk penyerahan April naik 42 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 77,47 dolar AS per barel.

Harga minyak terus didukung oleh ekspektasi rebound yang kuat dalam permintaan di China, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia.

"Putaran kenaikan mengejutkan lainnya di PMI China lebih lanjut memberikan keyakinan akan pemulihan yang lebih kuat dari perkiraan, yang mendukung prospek permintaan minyak yang lebih optimis," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

"Itu memberikan katalis yang sangat dibutuhkan bagi harga minyak untuk memanfaatkan beberapa bantuan setelah aksi jual (Senin) sebelumnya, dengan pemulihan China menunjukkan berada di jalur untuk meredam beberapa kelemahan permintaan global akibat bank-bank sentral yang hawkish," tambah Yeap, dikutip dari Reuters.

Data menunjukkan aktivitas pabrik-pabrik China naik untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada Februari, menurut indeks manajer pembelian (PMI) yang diterbitkan oleh Caixin/S&P Global pada Rabu.

Data PMI resmi pemerintah yang juga dipublikasikan pada Rabu menunjukkan ekspansi manufaktur tercepat sejak 2012 terjadi pada Februari.

Namun, sinyal permintaan yang kuat diimbangi oleh tanda-tanda meningkatnya stok minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen dan produsen minyak terbesar dunia.

Persediaan minyak AS naik 6,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 24 Februari, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (28/2/2023).

Namun, persediaan bensin turun 1,8 juta barel dan bahan bakar sulingan, termasuk solar dan bahan bakar jet, turun 340.000 barel, menurut data API.

Data resmi pemerintah AS tentang stok akan dirilis pada Rabu waktu setempat. Data ini diperkirakan akan menunjukkan peningkatan selama 10 minggu berturut-turut, dengan analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan bahwa kenaikan hampir setengah juta barel terjadi minggu lalu.

Tanda-tanda kenaikan pasokan lainnya terlihat dari data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Pada Februari, OPEC memompa 28,97 juta barel per hari (bph), survei Reuters menemukan, naik 150.000 bph dari Januari. Produksinya masih turun lebih dari 700.000 bph dari September.

Baca juga: Minyak naik di perdagangan Asia didukung prospek permintaan China
Baca juga: Minyak naik di perdagangan Asia didukung prospek permintaan China
Baca juga: Minyak "rebound" hampir dua persen didorong harapan pertumbuhan China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023