New York (ANTARA) - Harga minyak pulih dari aksi jual singkat menjadi naik lebih dari satu dolar AS per barel pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan mengakhiri minggu ini dengan lebih tinggi, didorong oleh optimisme baru seputar permintaan dari importir minyak utama China.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terangkat 1,52 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi menetap di 79,68 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei bertambah 1,08 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi ditutup pada 85,83 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Kedua kontrak acuan minyak membukukan level penutupan tertinggi sejak 13 Februari.

Harga turun lebih dari dua dolar AS per barel setelah sebuah laporan media mengatakan Uni Emirat Arab (UEA) telah mengadakan debat internal untuk meninggalkan OPEC dan memompa lebih banyak minyak. Harga rebound ketika dua sumber dengan pengetahuan langsung mengatakan kepada Reuters bahwa laporan itu "jauh dari kebenaran".

Brent dan WTI mencatat kenaikan persentase mingguan terbesar ketiga mereka tahun ini karena data ekonomi China yang kuat memberi harapan untuk pertumbuhan permintaan minyak.

"Minyak mentah telah berada di rollercoaster hari ini, bergerak lebih rendah di tengah desas-desus UEA meninggalkan OPEC+ sebelum berbalik tajam dan meroket lebih tinggi karena rumor ini diperdebatkan, dan sebagai gantinya minyak mentah bergeser ke reli risk-on," kata analis Kpler Matt Smith.

Aktivitas sektor jasa-jasa China pada Februari berkembang dengan laju tercepat dalam enam bulan, dan aktivitas manufaktur di sana juga tumbuh. Impor minyak Rusia melalui laut oleh China akan mencapai rekor tertinggi bulan ini.

China, pengimpor minyak utama dunia, semakin berambisi dengan target pertumbuhan 2023 setinggi 6,0 persen, sumber mengatakan kepada Reuters.

Pasar minyak secara luas mengabaikan peningkatan stok minyak mentah AS selama 10 minggu berturut-turut, dan rekor ekspor minyak mentah AS memberikan lebih banyak dukungan pada harga, kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Dolar melemah, dan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan greenback berada di bawah tekanan selama 12 bulan ke depan, yang akan membuat minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Bank Sentral Eropa masih mengirimkan sinyal hawkish, dengan anggota Dewan Gubernur ECB Pierre Wunsch mengatakan suku bunga acuannya bisa naik setinggi 4,0 persen jika inflasi tetap tinggi.


Baca juga: Minyak turun, tapi menuju kenaikan mingguan didukung permintaan China
Baca juga: Harga minyak menguat didorong harapan permintaan China
Baca juga: Harga minyak menguat di Asia didukung lonjakan data manufaktur China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023