Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Barata Indonesia Bobby Sumardiat Atmosudirjo memiliki sudut pandang lain terkait dengan kondisi PT Rekayasa Industri (Rekind) yang tengah mengalami situasi finansial berat.

Pimpinan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang industri manufaktur guna mendukung sektor pangan, energi dan air itu, punya pandangan khusus dalam menyikapi situasi sulit yang tengah dihadapi Rekind.

Menurutnya, Rekind merupakan sosok perusahaan yang dibentuk melalui keberanian untuk memulai penguasaan kemandirian teknologi dalam membangun industri di tanah air. Kehadirannya juga murni dibalut tekad negara, bukan kehendak siapapun.

"Makanya jika ingin melihat Rekind, mohon tidak dengan kacamata bisnis saja, tapi harus dilihat juga dari sisi sebagai aset strategis nasional dalam bidang EPC (engineering, procurement dan contruction)," ujar Bobby melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

PT Barata Indonesia telah cukup lama menjalin sinergi dengan Rekind, terutama dalam menopang dan mengembangkan industri di tanah air. Bobby mengaku, mengenal Rekind sejak dirinya duduk di bangku kuliah di Institut Teknoogi Bandung (ITB) itu.

Direktur Bisnis Produk Industrial PT Pindad tahun 2014 ini, mengagumi kiprah atau perjalanan yang pernah dilalui satu-satunya perusahaan EPC milik negara tersebut.

Bobby mengatakan, sepanjang sejarahnya Rekind mampu membuat banyak hal. Pencapaian terakhirnya adalah melahirkan Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru sebagai kilang penghasil gas terbesar di Indonesia yang ramah lingkungan. Menurut Bobby, upaya ini bukanlah hal yang mudah.

"Makanya saya melihat Rekind merupakan aset nasional yang sangat strategis. Tidak hanya menopang negara, tetapi juga mendukung eksistensi perusahaan-perusahaan milik bangsa lainnya, seperti Barata Indonesia yang bergerak di bidang industri manufaktur," kata Bobby.

"Terlepas sebagai Anak Perusahaan BUMN yaitu PT Pupuk Indonesia, tapi Rekind merupakan aset milik negara yang harus terus dipertahankan dan dibesarkan, karena kebutuhan pembangunan masih banyak sekali," lanjutnya.

Sementara itu, Direktur Proyek Infrastruktur PT Kilang Pertamina Internasional Kadek Ambara Jaya memberikan nilai plus pada Rekind dari sisi kompetensi dan kapasitas. Mantan Direktur Utama Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia itu, merasakan loyalitas dan tanggungjawab Rekind kepada para pelanggannya.

Menurut Kadek, hal ini telah dibuktikan melalui sejumlah proyek bersama Rekind, seperti Blue Sky Balongan, Revamp RCC Phase 2, ROPP Balongan, dan Proyek RDMP RU VI Balongan Phase 1.

Kadek mengatakan, Rekind tidak pernah lari dari tanggung jawab meski sedang menghadapi situasi sulit. Menurutnya, tim yang dimiliki Rekind merupakan sebuah kelompok impian yang menjadikannya berbeda dari perusahan EPC lain.

"Dari sini boleh saya bilang orang-orang yang terlibat di dalamnya merupakan The Dream Team-nya Rekind. Itu yang mungkin menjadi diferensiasi Rekind dibandingkan dengan perusahan-perusahaan EPC lainnya," kata Kadek.

Lebih lanjut, Rekind dianggap mampu melebihi target untuk pekerjaan yang paling sulit. Misalnya untuk pengerjaan spliter column, dengan 200 trip di Proyek Blue Sky Balongan. Padahal ini merupakan pekerjaan proyek Migas yang pertama kali yang dilakukan Rekind.

Secara keseluruhan proyek Revamp RCC Phase 2 dikerjakan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan dan secara produksi bisa dijalankan dengan sempurna.

Para engineer-nya bekerja secara profesional dan sangat membantu. Bahkan perusahaan yang berdiri pada 12 Agustus 1981 ini, mampu bekerja selama 24 jam secara bergantian.

"Dalam bekerja Rekind sangat totalitas. Inilah marwah dari Rekind yang ditinjau dari keahlian atau kompetensinya," ujar Kadek.

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023