Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan analisa kebumian terkait fenomena longsor yang terjadi di Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto mengatakan bencana gerakan tanah yang terjadi itu diperkirakan berupa aliran bahan rombakan atau debris flow.
 
"Berdasarkan Peta Geologi Regional Natuna, batuan penyusun di daerah bencana termasuk dalam batuan plutonik serasan yang tersusun granodiorit biotit dan granit hornblenda dengan helatan metasedimen," ujarnya dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Sugeng menuturkan faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan akibat kemiringan lereng tebing yang curam, tanah palapukan yang tebal dari batuan tua berupa lapukan granodiorit, dan curah hujan yang tinggi dengan durasi lama.

Baca juga: Hujan turun tanpa henti, satu kampung tertimbun longsor di Natuna

Baca juga: Tim SAR gabungan gunakan kapal menuju Natuna bantu korban longsor

 
Pada 6 Maret 2023, sekitar pukul 11.15 WIB, longsor besar menimbun satu kampung akibat puncak bukit berubah menjadi sungai yang membawa material tanah di Natuna, Kepulauan Riau.
 
Bencana gerakan tanah itu mengakibatkan 10 orang meninggal dan diperkirakan setidaknya 50 orang masih dinyatakan hilang. Pemerintah setempat melaporkan ada 1.216 orang mengungsi ke tempat aman karena masih terjadi longsor susulan.
 
Badan Geologi mengimbau warga yang berada dekat alur aliran bahan rombakan untuk selalu waspada terkhusus saat hujan maupun setelah hujan deras yang berlangsung lama, karena daerah tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan.
 
Selain itu, kegiatan penanganan longsoran agar memperhatikan cuaca dengan tidak melakukan penanganan saat hujan dan setelah hujan deras sebab daerah itu masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan yang bisa menimpa petugas.
 
Kemudian, pemasangan rambu rawan bencana longsor di sekitar lokasi yang longsor untuk meningkatkan kewaspadaan.
 
Selanjutnya, meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah.
 
"Masyarakat setempat diimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah maupun BPBD setempat," pungkas Sugeng.

Baca juga: 27 rumah tertimbun tanah longsor di Pulau Serasan Natuna

Baca juga: Kapolda Kepri kirim personel tambahan untuk bencana longsor di Serasan
​​​​​​​

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023