Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan uji coba iradiasi sinar gama pada sorgum untuk meningkatkan keragaman genetik agar memperkaya plasma nutfah dan memperbaiki sifat pada varietas tanaman tersebut.

Periset dari Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN, Astuti mengatakan iradiasi sinar gama memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih sorgum varietas Jagung Rote.

"Benih yang digunakan sebanyak 20 gram untuk masing-masing dosis termasuk kontrol yang tidak dilakukan iradiasi. Iradiasi menggunakan 10 dosis, yaitu 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1.000 gray," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Iradiasi sinar gama itu dilakukan di Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi, Organisasi Riset Tenaga Nuklir (PRTPR, ORTN-BRIN), Jakarta.

Selanjutnya, benih M1 ditanam dan ditumbuhkan di Rumah Kaca Pusat Riset Rekayasa Genetika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong. Biji sorgum yang tidak diradiasi digunakan sebagai kontrol.

Baca juga: KSP minta BRIN kembangkan riset untuk hasilkan benih sorgum unggulan

Baca juga: BRIN: Modifikasi gen perbaiki varietas sorgum dukung ketahanan pangan


Berdasarkan uji coba itu, pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan benih sorgum di atas dua minggu setelah tanam menunjukkan bahwa mulai dosis 600 gray sorgum yang dilakukan iradiasi sudah tidak menunjukkan perkecambahan.

Sedangkan, penanaman benih sorgum M1 varietas KS yang dilakukan iradiasi sampai dengan dosis 1.000 gray masih dapat berkecambah bahkan sampai menghasilkan daun.

Begitupun dengan hasil penanaman varietas SMM yang menunjukkan bahwa baru di dosis 800 gray sudah tidak menunjukkan perkecambahan.

"Perbedaan hasil dari pertumbuhan hasil iradiasi sorgum Jagung Rote dengan KS dan SMM memperlihatkan bahwa varietas yang berbeda dapat memberikan respon fisiologis yang juga berbeda terhadap iradiasi," terang Astuti.

Lebih lanjut ia menjelaskan peningkatan dosis radiasi sinar gama meningkatkan sensitivitas tanaman. Efek itu menyebabkan pengurangan jumlah hormon pertumbuhan endogenous tanaman, sehingga terjadi penurunan pertumbuhan tanaman.

Hal ini yang mendasari penentuan dosis optimum dapat menggunakan reduksi pertumbuhan yang dalam penelitian itu menggunakan reduksi tinggi tanaman dari tanaman yang tumbuh.

"Dosis optimum yang dapat meningkatkan keragaman genetik benih tanaman sorgum dapat ditentukan dengan nilai letal dosis. Nilai letal dosis dapat dihitung dengan menggunakan parameter jumlah benih yang tumbuh dan tinggi tanaman dari benih M1," kata Astuti.

"Rentang dosis optimum yang didapatkan untuk sorgum varietas Jagung Rote adalah 200 sampai 400 gray," imbuhnya.

Sorgum dengan nama ilmiah Sorghum bicolor L. Moench merupakan tanaman biji-bijian yang penting kelima di dunia sebagai tanaman pangan, baik dari segi total produksi maupun luas area tanam.

Tanaman itu memiliki toleransi terhadap kekeringan, sehingga berpotensi untuk ditanam di lahan marjinal. Sorgum dengan daya adaptasi yang luas dan dapat ditanam di lahan kering, maka sorgum berpotensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia.

Sorgum memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai bahan pangan, bahan untuk pakan ternak, sumber energi, dan bahan baku industri.

Tanaman itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena biji sorgum memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi, bahkan memiliki kadar protein yang mencapai 11 persen dibanding beras hanya 6,8 persen.

Pada Juni 2022 lalu, Presiden Joko Widodo sempat mengunjungi Kabupaten Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur. Dia menginginkan sorgum menjadi komoditas alternatif pangan mengingat tanaman itu bebas gluten dengan angka glikemik indeks yang rendah.

Baca juga: ORTN-BRIN lakukan perbaikan varietas sorgum dengan teknik mutasi

Baca juga: BRIN: Sorgum sebagai sumber pangan penting bagi pengidap autis

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023