Walaupun investasinya sekitar Rp175 miliar, kami meyakini dalam 3,5 tahun paling lama 4 tahun sudah bisa kembali lagi sebesar itu....
Kebumen, Jawa Tengah (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono optimistis tambak budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah, yang menelan anggaran Rp175 miliar, balik modal dalam jangka waktu 3,5 tahun sampai 4 tahun.
 
"Walaupun investasinya sekitar Rp175 miliar, kami meyakini dalam 3,5 tahun paling lama 4 tahun sudah bisa kembali lagi sebesar itu, yang kemudian kami bisa gunakan di tempat lain dengan hal yang sama," ujarnya saat ditemui di kawasan tambak BUBK Kebumen, Kamis.
 
Dengan penerapan konsep pengembangan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dalam satu kawasan, diharapkan tak hanya target 2 juta ton udang pada 2024 tercapai, namun juga Indonesia akan menjadi juara produksi udang di pasar dunia yang nilainya mencapai 1,9 miliar dolar AS pada Desember 2022.

Baca juga: Menteri KP ungkap perbedaan tambak BUBK dengan tambak tradisional
 
Ke depan, kataTrenggono, pada 2026-2027 tambak-tambak berbasis kawasan yang dibangun swasta maupun pemerintah akan menggunakan metode yang sama seperti prosedur yang diterapkan di tambak BUBK Kebumen, sehingga pada tahun itu produksi udang nasional akan stabil dan menuju industrialisasi udang nasional.
 
"Dengan demikian ini akan kami pastikan di 2026-2027 ke depan produksi udang kita akan stabil dan kita tidak akan pernah ditolak lagi di Eropa ya karena beberapa kasus udang-udang kita, dan insya Allah ini kita akan menuju kepada industrialisasi udang nasional yang memiliki kualifikasi yang baik," ujarnya.

Baca juga: Jokowi ungkap desain tambak BUBK Kebumen bakal diterapkan di NTT

 Trenggono mengungkapkan apabila proyek ini berhasil berjalan, dana yang kembali akan digunakan untuk membangun tambak modern di atas lahan rakyat.

"Kami bangunkan di sana dengan dukungan dana ini terus bergulir, lama sih tapi saya kira  modelnya harus kita bangun karena kalau tidak, kita tidak bisa mendapatkan satu best practice yang kita inginkan," katanya.

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023