Gunungkidul (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X mengimbau penambang pasir menghentikan aktivitas penambangan di kawasan Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, meskipun di sungai, untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan terkait dengan erupsi gunung itu.

"Jangan ngambil (mengambil) tambang dulu, biarpun di kali (sungai) jangan," katanya di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa.

Selain itu, ia mengimbau masyarakat menjauhi Gunung Merapi yang masih aktif hingga jarak aman.

"Untuk masyarakat hati-hati saja jangan di pinggir sungai. Kira-kira jaga jarak tiga kilometer dari Merapi," kata dia.

Gunung Merapi yang wilayahnya meliputi satu kabupaten di DIY dan tiga daerah di Jawa Tengah mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak Sabtu (11/3).

Baca juga: 1.681 hektare tanaman sayuran di Magelang terdampak abu Merapi

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan adanya api diam yang terpantau di area kubah lava barat daya Gunung Merapi merupakan fenomena wajar pada kubah lava gunung api yang sedang aktif.

Penampakan api diam itu berdasarkan pada pengamatan BPPTKG periode 13 Maret 2023 pukul 18.00-24.00 WIB.

"Api diam itu penampakan rona merah, biasanya akibat lava yang panas," ujar Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso.

Selama periode pengamatan itu, BPPTKG tidak mencatat adanya awan panas guguran maupun lava pijar yang keluar dari gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Awan panas guguran kembali terpantau keluar dari Gunung Merapi sebanyak dua kali berdasarkan pengamatan BPPTKG periode Selasa (14/3), pukul 00.00-06.00 WIB.

Jarak luncur awan panas guguran mencapai 1.600- 2.000 meter mengarah ke barat daya.

Teramati pula sebanyak 15 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.

Gempa awan panas guguran tercatat dua kali, gempa guguran 55 kali, gempa fase banyak 10 kali, dan gempa vulkanik dangkal dua kali.

BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran, yakni di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.

Selain itu, potensi bahaya juga di Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, serta Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.

Lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar di alur sungai berhulu Merapi, terutama saat terjadi hujan di puncak gunung.

Baca juga: Terancam, 12 mamalia di Gunung Merapi
Baca juga: Sleman siapkan skenario antisipasi bencana erupsi besar Merapi
Baca juga: BPPTKG: Api diam terpantau di area kubah lava Merapi


Pewarta: Sutarmi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023