Secara makro, penurunan fertilitas menghasilkan efek ekonomi makro yang disebut bonus demografi.
Simalungun (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mempromosikan program KB pada para delegasi kedutaan besar sebagai metode untuk menjaga pertumbuhan penduduk Indonesia tetap seimbang dan berkualitas.

"Sebagai peraih United Nations Population Award 2022 dan menjadi panutan bagi banyak negara dalam melaksanakan KB, kependudukan dan pembangunan keluarga, BKKBN bertujuan mengundang misi diplomatik dan organisasi internasional,” kata Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal M. Damanik dalam kunjungannya ke Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Kamis.

Damanik menuturkan bahwa keluarga berencana merupakan investasi seumur hidup yang dapat diartikan sebagai harga dari risiko kesehatan dan edukasi yang berkurang. Hal ini dapat memancing pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam kunjungan ke Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) Sait Buttu, Saribu di Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, para delegasi melihat langsung cara pemakaian alat kontrasepsi berupa suntik dan implan.

Sambil menemani para delegasi, Damanik menjelaskan bahwa Indonesia telah berhasil menjaga pertumbuhan populasi. Hal ini bisa dilihat dari penurunan yang stabil pada angka kesuburan total (TFR) telah ditunjukkan secara signifikan oleh setengahnya selama 1967 dan 1994.

Baca juga: BKKBN: Keberhasilan KB beri manfaat bagi demografi Indonesia
Baca juga: Bangga Kencana investasi jangka panjang bangun ekonomi berkelanjutan


Upaya penurunan TFR memang sempat terhenti hingga 2012 yang mencapai 2.6 dan perlahan makin berkurang menjadi 2.4 pada tahun 2017 dan 2.1 pada tahun 2022. Penerapan tren TFR yang makin konsisten dengan penggunaan kontrasepsi. Konsistensi tersebut membuktikan keberhasilan program Bangga Kencana dalam menggencarkan penggunaan KB.

Penurunan tersebut, kata dia, telah berhasil memperlambat pertumbuhan penduduk. Hal ini ikut mengurangi pengaruhnya terhadap layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, kemudian membawa perbaikan dalam standar hidup.

"Secara makro, penurunan fertilitas menghasilkan efek ekonomi makro yang disebut bonus demografi," katanya.

Menurut Damanik, hal itu membuka potensi Indonesia memanfaatkan bonus demografi, baik secara nasional maupun regional.

"Membangun sumber daya manusia Indonesia merupakan salah satu agenda prioritas pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Untuk itu, target Generasi Emas 2045 harus dipersiapkan sedini mungkin agar Indonesia dapat memenuhi peluang emas tersebut," katanya.

Program KB kini juga disebarkan melalui berdirinya Kampung Keluarga Berkualitas (KB) dengan pendekatan keluarga, yang dikaitkan dengan upaya pencegahan stunting pada anak dalam rangka mengatur jarak kelahiran dan kehamilan guna meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Dengan menyelaraskan kegiatan lintas sektor, Damanik meyakini Kampung KB dapat membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat, terutama ketika inisiatif ini menargetkan wilayah yang tepat dan secara efektif dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, salah satunya kebutuhan pasangan untuk mengikuti program KB dalam merencanakan kelahiran yang sehat.

Damanik berharap kunjungan itu memberikan kesempatan yang luas pada pemangku kepentingan dan rekan internasional untuk menyampaikan wawasan dan dukungan dalam pengimplementasian program Bangga Kencana di tiap tingkatan desa yang berbeda.

"Kami ingin mengeksplorasi potensi kerja sama dalam mengimplementasikan program Bangga Kencana di tiap tingkatan desa, juga memperkuat kerja sama antara BKKBN dengan misi diplomatik dan organisasi internasional," katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023