Astana (ANTARA) - Rakyat Kazakhstan pada Minggu (19/3) mendatangi tempat-tempat pemungutan suara untuk memilih anggota majelis rendah parlemen (Mazhilis) dan badan perwakilan daerah (maslikhats), setelah negara di Asia Tengah itu menggelar pemilihan presiden pada November tahun lalu.

Pemilihan parlemen tersebut merupakan yang pertama kalinya digelar sejak kerusuhan maut di Kazakhstan pada Januari 2022, yang menimbulkan lebih dari 200 korban jiwa.

Tujuh partai politik, serta kandidat di daerah-daerah pemilihan dengan satu wakil memperebutkan 98 kursi di Mazhilis dan 3.415 kursi di maslikhat.

Selain oleh berbagai organisasi dalam negeri, pemilihan yang berlangsung di lebih dari 10.000 tempat pemungutan suara di seluruh negeri itu dipantau oleh sekitar 800 pengamat asing serta 250 jurnalis asing.

Menurut Komisi Pemilihan Umum Kazakhstan (CEC), sekitar 12 juta warga di antara total 19,2 juta penduduk negara itu dinyatakan berhak memberikan suara pada pemilihan parlemen 19 Maret.

Di salah satu kawasan di ibu kota Kazakhstan, Astana, sebuah TPS pada Minggu pagi sudah mulai didatangi sejumlah calon pemilih, tak lama sejak periode pemungutan suara dibuka pada pukul 07.00 waktu setempat --untuk kemudian ditutup pada jam 20.00.

Salah satu yang datang pagi ke TPS tersebut adalah Ainura, perempuan berusia 44 tahun yang bekerja untuk sebuah perusahaan energi Kazakhstan.

Ainura selama ini sudah beberapa kali mengikuti pemilihan di Kazakhstan dan pada Minggu terlihat bersemangat setelah memasukkan empat surat suara ke dalam kotak.

Kepada ANTARA, ia mengaku memilih AMANAT --salah satu dari tujuh partai yang bersaing pada pemilihan parlemen kali ini.

Enam kontestan lainnya adalah Partai Patriotik Demokratik Rakyat Auyl, Partai Republika, Partai Rakyat Kazakhstan, Partai Baitak, Partai Demokratik Ak Zhol Kazakhstan, dan Partai Social Demokratik Nasional.

"Saya selalu memilih partai ini. Sudah ada beberapa hasil nyata, walaupun belum diterapkan secara penuh," ujarnya soal AMANAT, yang merupakan salah satu parpol terbesar.
 
Warga Kazakhstan, Ainura, berpose di sebuah TPS di Ibu Kota Astana pada Minggu (19/3), setelah memberikan suara pada pemilihan parlemen. (ANTARA/Tia Mutiasari)


Pemilihan kali ini mengusung beberapa aturan baru, antara lain ambang batas partai untuk masuk Mazhilis dikurangi dari tujuh menjadi lima persen, sehingga memudahkan partai oposisi untuk masuk ke parlemen.

Model campuran proporsional-mayoritas digunakan untuk pertama kalinya sejak 2004 dalam pemilihan Mazhilis. Artinya, 70 persen wakil dipilih secara proporsional dari daftar partai dan 30 persen sisanya oleh pemerintahan mayoritas dari distrik beranggota tunggal.

Dengan demikian, 29 dari 98 anggota Mazhilis akan dipilih di daerah pemilihan mandat tunggal, sedangkan 69 lainnya akan dipilih dari daftar partai di bawah model perwakilan proporsional dari satu daerah pemilihan nasional.

Selain itu, surat suara akan menyediakan pilihan “menentang semua”. Para pemilih bisa menconteng opsi tersebut jika tidak setuju dengan semua kandidat.


Reformasi

Marat, yang berusia 36 tahun, baru pertama kali mengikuti pemilihan parlemen.

"Bahagia... Semoga proses ini berlanjut dan kami akan memiliki demokrasi di Kazakhstan," katanya, ketika ditanya bagaimana rasanya memilih untuk pertama kali.

Pemuda yang mengaku memiliki sebuah perusahaan pribadi itu mengungkapkan bahwa dirinya baru saja memilih satu kandidat anggota Mazhilis.

"Saya percaya dia akan mewakili pilihan dan harapan kami di parlemen. Semoga ada perubahan sistem politik di Kazakhstan dan wakil kami di parlemen membuat aksi nyata supaya membawa kebahagiaan di Kazakhstan," ujarnya, sambil tersenyum lebar.

Baik Ainura maupun Marat menyatakan tahu bahwa pemilihan parlemen kali ini membawa beberapa model baru, termasuk ada pilihan "tidak semua" pada surat suara.

"Oh iya, itu opsi yang sangat bagus karena sebelumnya tidak ada," ujar Marat.

"Walaupun kita tidak mengenal para kandidat, perlu ada opsi untuk memberikan suara secara layak," kata Ainura.
 
Seorang warga memasukkan surat suara ke dalam kotak di sebuah TPS di Astana, Kazakhstan, Minggu (19/3/2023), untuk memilih para anggota parlemen. (ANTARA/Tia Mutiasari)


Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan Roman Vassilenko mengatakan pemilu kali ini merupakan perpanjangan tekad Presiden Kassym-Jomart Tokayev untuk mendorong kemajuan reformasi dan demokrasi menuju "Kazakhstan yang Adil".

Reformasi, ujarnya, telah mengantarkan prinsip-prinsip demokrasi baru di Kazakhstan, termasuk mewujudkan parlemen yang lebih berpengaruh, kekuasaan presiden yang terbatas, dan pemilihan langsung wali kota.

Ia menyebut beberapa inisiatif juga diluncurkan pada awal tahun ini, antara lain pembentukan Mahkamah Konstitusi yang memungkinkan setiap warga negara mengajukan permohonan perlindungan bagi hak-haknya.

Di antara para pemilih yang datang pada Minggu pagi, ada kalangan warga lanjut usia yang memberikan suara.

Dauletbek Bolat Zholdyuly (74 tahun) mengatakan pemilihan kali ini sangat berbeda dari sisi transparansi.

"Tidak ada gelombang besar-besaran yang akan menekan untuk memilih partai tertentu," kata pria yang memiliki tiga anak dan delapan cucu itu.

Pensiunan bidang pertanian itu berharap seluruh reformasi di Kazakhstan bisa diterapkan.

"Ada beberapa kemajuan, semoga untuk hidup yang lebih baik untuk kita semua," ujarnya.

Semua anak dan dua cucu akan datang ke TPS untuk memberikan suara, kata Zholdyuly. Ia menyebutkan dirinya juga memilih AMANAT.
 
Dauletbek Bolat Zholdyuly (74 tahun) memberikan suara di sebuah TPS di Astana, Kazakhstan, Minggu (19/3/2023) dalam pemilihan parlemen. Ia berharap seluruh reformasi di Kazakhstan bisa diterapkan. (ANTARA/Tia Mutiasari)


Memenuhi janji

Di sebuah kota di Kabupaten Akmola dekat Astana, pasangan lansia Zeinep (65 tahun) dan Daulet (69 tahun) berada di antara para warga yang memadati TPS 745 sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

Suami-isteri itu, yang baru pindah pada 2018 ke Akmola dari wilayah lain di Kazahstan, mengaku selalu berpartisipasi setiap ada pemilihan.

"Prinsip saya setiap memilih adalah mereka yang bisa menjalankan janji, terutama dalam penanganan masalah sosial, perbaikan jalan, infrastruktur, juga pendidikan," kata Daulet kepada ANTARA.

Sang istri, Zeinep, mengatakan dirinya memilih Partai Patriotik Demokratik Rakyat Auyl.

"Kami berasal dari daerah perdesaan. Partai ini mendukung pembangunan di daerah perdesaan, tulang punggung bagi Kazakhstan. Secara keseluruhan, Kazakhstan lebih cocok untuk pertanian," kata Zeinep, yang mengaku bekerja sebagai ekonom sebelum pensiun.
 
Pasangan lansia Zeinep (65 tahun) dan Daulet (69 tahun) berada di antara para warga yang memadati TPS 745 di Kabupaten Akmola, Kazakhstan, untuk memberikan suara pada pemilihan parlemen pada Minggu (19/3/2023). ANTARA/Tia Mutiasari (ANTARA/Tia Mutiasari)


Sebagai warga yang pernah mengalami pemerintahan Kazakhstan ketika menjadi bagian dari Uni Soviet, Zeinep mengaku awalnya ia menganggap era sebelumnya lebih baik.

Kazakhstan menyatakan kemerdekaan dari Uni Soviet pada Desember 1991.

"Tapi dibandingkan sekarang, (pemerintahan) era ini lebih baik dalam memberikan pelayanan bagi kalangan muda," ujarnya.

Zeinep dan Daulet, yang sudah menikah sekitar 45 tahun, punya dua anak. Mereka sekeluarga ikut memberikan suara pada pemilihan parlemen kali ini.
 
TPS 745 di Kabupaten Akmola, Kazakhstan, didatangi para warga pada Minggu (19/3/2023) untuk memilih anggota legislatif. (ANTARA/Tia Mutiasari)


Ketua TPS 745 Ilaysova Suluai Kuanyshkyzy mengatakan sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah itu adalah warga berusia lanjut dan yang sudah terdaftar di TPS itu akan memberikan suara.

"Tadi yang datang ke sini ada seorang warga yang usianya lebih dari 100 tahun," katanya.

Pemilu dini pada 19 Maret ditetapkan pelaksanaannya setelah Presiden Tokayev pada 19 Januari membubarkan Mazhilis.

Tokayev pada November 2022 terpilih kembali sebagai presiden Kazakhstan untuk menggantikan Nursultan Nazarbayev, yang sebelumnya memegang jabatan itu selama hampir tiga dasawarsa.

Jika dibandingkan dengan pelaksanaan pemilihan presiden pada November 2022, Kuanyshkyzy melihat pemilihan parlemen tidak lebih menarik bagi penduduk setempat.

"Tapi, seperti yang disebutkan beberapa pemilih yang sudah datang ke sini, mereka mengatakan kami peduli dengan Kazakhstan. Itu yang penting."


Baca juga: Kazakhstan gelar pemilu setahun setelah kerusuhan maut

Baca juga: Pemilu akan menandai tonggak penting demokrasi di Kazakhstan

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023