Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai bahwa Sekolah Lapang Iklim (SLI) berhasil meningkatkan kuantitas produk pertanian dan mampu terhindar dari kondisi gagal panen.

Adapun komoditas pertanian yang disasar BMKG antara lain padi, cabai, bawang, tembakau, tomat, dan daun onclang.

"Selama kurang lebih 11 tahun terakhir SLI yang digelar BMKG telah melatih lebih dari 17 ribu peserta secara nasional, yang terkait dengan sektor pertanian," ujar Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Saat ini, lanjut dia, fase aktivitas SLI ditingkatkan pada tataran berkelanjutan bukan hanya memberikan literasi iklim berbasis pembelajaran modul, namun juga turut mengawal pemanfaatannya di sektor pertanian selama satu musim tanam pada komoditas tertentu dan berbasis kebutuhan riil informasi iklim pada sektor pertanian.

Baca juga: Sekolah lapang iklim upaya BMKG dukung ketahanan pangan nasional

Ia mencontohkan, Tahun 2017 SLI 3 di Suropadan, Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menghasilkan panen raya 7.71 ton per hektare untuk komoditas padi varietas Mekongga, meningkat 22 persen dibanding rata-rata hasil yang biasa dipanen petani 6 ton per hektare.

Contoh lainnya, pada 2020 SLI Operasional di Jogoyasan, Ngablak, Kabupaten Temanggung menghasilkan tomat 3-4 kilogram per pohon lebih banyak dibandingkan dengan yang non SLI 2-3 kilogram per pohon.

Selanjutnya, pada 2022 SLI Operasional di Sukomakmur, Kajoran, Kabupaten Magelang dengan komoditas daun bawang (onclang). Hasil dari pengubinan komoditas sayuran onclang Juli 2022 menghasilkan 61,76 ton per hektare dengan usia tanaman sekitar 90-100 hari.

Baca juga: BMKG tingkatkan pemahaman tentang cuaca dan iklim lewat Sekolah Lapang

"Hasil tersebut jauh lebih baik dan maksimal bila dibandingkan dengan hasil panen normal sebelumnya," tutur dia.

BMKG, lanjut Dwikorita, secara berkelanjutan terus menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) agar petani dan tenaga penyuluh pertanian bisa memanfaatkan informasi dan prakiraan cuaca dengan baik serta mampu beradaptasi dengan situasi cuaca dan iklim kekinian.

Pasalnya, sektor pertanian sangat berhubungan erat dengan keadaan cuaca dan iklim dan dampak buruk kejadian ekstrem cuaca atau iklim dapat mengakibatkan penurunan produksi secara kuantitas maupun kualitasnya, berkembangnya hama penyakit disebabkan tidak berjalannya pola tanam yang baik, yang kemudian dapat mengancam ketahanan pangan nasional.

Baca juga: Sekolah lapang iklim solusi adaptasi perubahan cuaca sektor pertanian

"Kami optimistis, jika SLI ini terus digencarkan ke seluruh penjuru Indonesia maka ketahanan pangan Indonesia dapat semakin kuat. Apalagi, petani, penyuluh petani, dan nelayan merupakan kelompok yang paling rentan terdampak risiko perubahan iklim," katanya.
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023