Daerah ini disebut akan menjadi pusat dari Tengger Cultural Festival dan Tengger Cultural Center, mengingat juga banyaknya masyarakat Suku Tengger di sana dan lokasinya yang dekat dengan Gunung Bromo
Pasuruan, Jatim (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menyebutkan jika pawai ogoh-ogoh menjelang perayaan Nyepi bisa menjadi langkah awal dari "Tengger Cultural Festival" dan "Tengger Cultural Center" sehingga diharapkan bisa mendongkrak potensi pariwisata di Kabupaten Pasuruan.

"Daerah ini disebut akan menjadi pusat dari Tengger Cultural Festival dan Tengger Cultural Center, mengingat juga banyaknya masyarakat Suku Tengger di sana dan lokasinya yang dekat dengan Gunung Bromo," katanya saat melepas arak-arakan ogoh-ogoh menjelang perayaan Nyepi Tahun 1945 Saka di Pura Sasana Siwa Murti, Tosari, Pasuruan, Selasa.

Ia menyampaikan bahwa pawai ogoh-ogoh ini dapat menjadi pemantik awal bagi minat wisatawan ke Tosari, Pasuruan. Sehingga nantinya, lebih banyak wisatawan akan terus berdatangan ke Tosari dan membangun animo bagi Tengger Cultural Festival dan Tengger Cultural Center.

"Pariwisata itu didasarkan pada tiga dasar yaitu destination, origin dan time. Acara seperti ini adalah momen alami yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan membangun animo lebih besar untuk pengembangan ke depannya," ucapnya.

Tengger Cultural Center, kata dia, akan menjadi lokasi wisata budaya yang berisi berbagai peninggalan kebudayaan Suku Tengger, mulai barang hingga miniatur rumah asli Suku Tengger.

"Tengger Cultural Festival dan Tengger Cultural Center ini akan mendorong dan mewujudkan budaya Suku Tengger sebagai salah satu warisan budaya dunia," katanya.

Ia mengatakan melalui Perpres no. 80 tahun 2019 yang memuat salah satunya yakni wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

"Maka, kita tentunya harus segera merespon karena ketika ada ruang-ruang yang dapat dimaksimalkan, dan harus dijalankan," katanya.

Ia berharap, keberadaan Tengger Cultural Festival dan Tengger Cultural Center dapat memberikan alternatif wisata baru kepada wilayah Gunung Bromo yang kapasitasnya sudah sangat terbatas.

"Tantangan yang dihadapi di Bromo adalah keterbatasan kapasitas, semua selalu mencari sunrise (matahari terbit) di penanjakan dan lautan pasir padahal kapasitasnya terbatas. Ini harus dikembangkan untuk menambah alternatif, kami sepakat dengan apa yang disampaikan Bapak Irawan selaku ketua PHDI Kabupaten Pasuruan bagaimana caranya kalau orang ke Bromo ingat Tosari," katanya.

Salah satu pembangunan yang bisa ditindaklanjuti pertama, menurut wagub, adalah dimudahkannya akses jalan menuju Tosari.

"Saya dapat PR dari Bapak Irawan untuk memperbaiki sekaligus menambah jalan provinsinya, ini kita lakukan secara bertahap. Melalui program hibah jalan daerah, baik Brang Wetan dan Brang Kulon, bisa mengusulkan bantuan untuk perbaikan jalan utama yang dananya diberikan pemerintah pusat," katanya.

Sebelumnya, pawai ini sempat ditiadakan selama dua tahun akibat pandemi COVID19. Kali ini, lebih dari 24 ogoh-ogoh diarak dari berbagai desa dan dipusatkan di Tosari, Pasuruan.

"Ini kali pertama dalam 3 tahun berturut tidak dapat menyelenggarakan pawai ogoh-ogoh karena Pandemi COVID-19. Kami mengapresiasi ini merupakan bentuk kebersamaan dan kreativitas tentu dengan niat yang tulus dari Umat Hindu," katanya.

Di sana, Wagub pun dibuat terpukau oleh gotong-royong dan kreativitas masyarakat dalam membuat Ogoh-Ogoh. Dengan segenap ide kreatifnya, para pemuda setempat menerapkan sistem mekanis untuk membuat ogoh-ogoh bergerak.

"Kreativitas ini merupakan aset yang harus dijaga meskipun ogoh-ogoh ini nanti harus dibakar nantinya. Kita bisa lihat inovasi masyarakat yang membuat hydraulic movement untuk menggerakkan ogoh-ogoh dengan segala keterbatasannya," katanya.

Wagub juga mengagumi toleransi beragama yang begitu kental di daerah Tosari, Pasuruan. Para warga umat Hindu hidup berdampingan dengan umat agama lain yang sukarela turut membatasi kegiatan harian mereka bahkan membatasi pemakaian listrik.

"Kami mengapresiasi toleransi yang ada di Tosari ini, kerukunan umat beragama yang baik, saling mendukung kegiatan keagamaan luar biasa. Salah satunya dengan membatasi kegiatan termasuk konsumsi listriknya," katanya.

Tidak lupa, pada kesempatan itu, ia menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 kepada umat hindu yang ada di Jawa Timur.

"Kepada umat Hindu di Jawa Timur, kami ucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada Saudara semua," demikian Emil Elestianto Dardak .

Baca juga: Kawasan Bromo ditutup total selama Hari Raya Nyepi 22 Maret 2023

Baca juga: Bromo Exotic Festival di Probolinggo melibatkan ratusan seniman

Baca juga: Budaya Tengger ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda

Baca juga: Suku Tengger menjunjung tinggi toleransi dan kerjasama melalui tradisi




 

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023