Medan (ANTARA) - Dokter spesialis Anak RSUD Sidikalang, dr. Elisabet Tarigan menyebutkan masyarakat harus lebih memperhatikan gejala yang muncul pada anak sebagai antisipasi dan penanganan sejak dini terkait Tuberkulosis (TB).

"Mari kita perhatikan anak-anak kita dengan melihat beberapa gejala yaitu batuk lama lebih dari dua pekan walaupun sudah diberikan pengobatan. Demam lebih dua pekan tanpa sebab jelas, berat badan turun atau menetap dalam  dua bulan serta anak lesu dan tidak seaktif biasanya," katanya di Sidikalang, Sumut, Senin.

Ia mengatakan, TB adalah salah satu penyakit infeksi pada paru yang penularannya disebabkan oleh droplets atau percikan ludah.

"Penyakit TB ini adalah penyakit menular bukan keturunan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sehingga kita harus betul-betul mengantisipasi ini sejak dini terutama kepada anak-anak kita," katanya.

Anak bisa tertular TB dari pasien TB sehingga orangtua diwajibkan harus mengantisipasi hal tersebut. Elisabet mengatakan adapun caranya bisa tertular yaitu melalui percik renik (droplets) yang keluar ketika penderita TB batuk, bersin, bicara, tertawa atau bernyanyi

Baca juga: PDPI: Indonesia negara dengan beban TB yang tinggi

Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian seperti, jika anak mengalami batuk lebih dari dua pekan walaupun sudah diberikan pengobatan, demam lebih dari dua pekan tanpa sebab jelas, berat badan turun atau menetap dalam 2 bulan serta anak lesu dan tidak seaktif biasanya.

"Jika mengalami gejala yang demikian segera ambil tindakan sehingga lebih cepat ditangani. Dokter yang menangani nanti akan melakukan investigasi/pemeriksaan berupa uji tuberkulin (Mantoux test) dan IGRA, Foto Rontgen dada dan Pemeriksaan dahak. Setelah melakukan pemeriksaan ini, kita nanti melihat apakah anak tersebut positif TBC atau tidak," katanya.

Selanjutnya, Elisabet mengatakan bahwa TB bisa disembuhkan dengan minum obat teratur dan tuntas, dimana untuk pengobatan TB ringan, pasien diwajibkan minum obat selama 6 bulan dan untuk TBC ekstraparu berat (TB otak, TB tulang) diwajibkan minum obat selama 12 bulan.

"Jangan takut untuk memeriksa kesehatan anak kita, karena saat ini sudah ada obat yang mampu menyembuhkan dengan syarat minum obatnya harus teratur dan jika masa pengobatan tidak teratur mengkonsumsi, penyakit akan semakin parah karena akan mengakibatkan kuman TBC kebal obat, sehingga perlu obat lebih lama lagi dan lebih sulit pengobatannya,” katanya.

Lebih lanjut, Elisabet mengatakan untuk mencegah TBC pada anak sebaiknya melakukan Vaksin BCG, walaupun setelah vaksin BCG masih ada kemungkinan tertular.

"Walaupun sudah diberi vaksin BCG memang masih ada kemungkinan tertular, apabila anak sudah tertular TB yang sudah berat sehingga fakor ini mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Namun dengan vaksin ini juga merupakan salah satu pencegahan untuk dapat menghindarkan anak anda dari kondisi tersebut," katanya.
Baca juga: PDPI: Perkuat edukasi dan kolaborasi capai target eliminasi TB 2030
Baca juga: Dokter spesialis anak: TB bukan penyakit keturunan

Pewarta: Juraidi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023