Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam Forum Persaudaraan Muslimin (FPM) menuntut elit politik dan tokoh masyarakat agar tidak menjadikan isu pertentangan di antara umat Islam, terutama antara Gus Dur dengan FPI terkait RUU APP, sebagai komoditas politik dan ajang 'unjuk gigi' demi kepentingan politik praktis. "Semua pihak perlu introspeksi dan saling mempererat silaturahmi demi terciptanya negeri yang dirahmati Allah," kata Koordinator FPM, Habib Sechan Shabab, di Jakarta, Minggu. Segala perbedaan pendapat, katanya, seharusnya diselesaikan dulu ditingkat intern umat Islam, agar tercapai kesepakatan dan tidak terjebak dalam permainan agenda musuh-musuh Islam, baik kekuatan kapitalis maupun status quo. Menurut Habib Sechan, adanya gonjang-ganjing di NKRI ini tidak lepas dari intervensi bangsa asing, sehingga selalu dirundung krisis berkepanjangan. Hal tersebut diperburuk lagi dengan adanya "tangan-tangan yang tidak nampak" atau "invisible hand", yang mencoba mengail di air keruh, yaitu kelompok status quo yang ingin bangkit kembali meraup keuntungan berkuasa seraya melemahkan peranan umat Islam. "Kelompok licik itu menggunakan tangan penguasa untuk memperlemah umat Islam melalui adu domba dari kasus goyangan Inul, Playboy hingga pro kontra RUU APP atau polemik Gus Dur,` katanya. Yang lebih memprihatinkan, lanjut ketua Forum Komunikasi Ulama dan Habaib itu, umat Islam ternyata terpancing hingga berakhir pada tindakan anarkis melawan hukum, dan bila semua itu dibiarkan, maka ummat Islam akan mengalami kerugian besar. "Sementara di lain pihak musuh-musuh Islam akan bertepuk tangan kegirangan. Padahal telah disepakati bersama bahwa musuh besar kita adalah kebodohan, kemiskinan dan korupsi," ujarnya. Atas kondisi yang mulai berbalik arah ini, katanya, sudah saatnya umat Islam melakukan mawas diri dengan menahan diri dan mengedepankan upaya dialog yang bermartabat dalam rangka ukhuwah Islamiyah. Untuk itu, FPM meminta semua pihak agar tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yan mencoba memanfaatkan situasi untuk memecah belah umat Islam dan bangsa indonesia. FPM juga meminta insan pers untuk tidak turut megeruhkan situasi dengan manipulasi berita yang berbau SARA atau konflik internal umat islam sehingga perselisihan itu terus meluas. (*)

Copyright © ANTARA 2006