Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla mengatakan, para korban gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah akan mendapatkan bantuan sebesar Rp1 juta per Kepala Keluarga (KK) untuk kebutuhan hidup mereka selama satu bulan pertama ini. "Jadi kalau satu keluarga yang punya anggota lima orang, untuk sebulan pertama ini akan kita kasih Rp1 juta per KK," kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Senin. Menurut Wapres, bantuan sebesar Rp1 juta tersebut diperuntukkan, antara lain Rp100.000 per orang dengan asumsi setiap KK memiliki lima anggota, untuk pembelian kebutuhan pakaian, Rp100.000 untuk pembelian peralatan rumah tangga, beras sebanyak 60 kilogram dan lauk pauk selama sebulan. Pengaturan distribusi bantuan tersebut, kata Jusuf Kalla, akan dikoordinir oleh Satkorlak di tingkat bawah, seperti bupati, camat dan kepala desa. Pemerintah, lanjutnya, memang sengaja memberikan bantuan dalam bentuk uang, kecuali beras, karena pemerintah menginginkan kehidupan ekonomi masyarakat setempat juga bisa berjalan secara baik. "Juga supaya orang bisa memilih sendiri kebutuhannya, kan ada yang butuh piring dari pada kompor atau sebaliknya, biar saja akan muncul penjual piring, kompor, pakaian dan sebagainya," kata Wapres. Pemberian bantuan tersebut akan segera dilaksanakan dalam minggu-minggu ini, dan kemungkinan akan memakan waktu beberapa hari hingga seluruh KK mendapat bantuan tersebut. "Ini akan butuh beberapa hari, katakanlah 10.000 hingga 15.000 KK mungkin butuh waktu seminggu baru bisa selesai untuk distribusi seperti itu, belum lagi administrasinya, kita juga sedang mencari metodanya," katanya. Pemerintah mengalokasikan dana untuk tanggap darurat selama tiga bulan (hingga Agustus 2006) bagi korban bencana gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah senilai Rp75 miliar, serta dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan akibat gempa sebesar Rp1 triliun untuk jangka waktu satu tahun. Dana tanggap darurat selama tiga bulan senilai Rp75 miliar tersebut dialokasikan dengan asumsi jumlah korban yang meninggal dunia sebanyak 5.000 orang, yang dirawat di rumah sakit sebanyak 10.000 orang dan pengungsi sebanyak 50.000 orang (sekira 10.000 KK). Untuk rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan selama satu tahun, pemerintah menganggarkan senilai Rp1 triliun untuk dialokasikan dengan asumsinya adanya sekitar 35.000 rumah dan gedung-gedung lain yang rusak. "Setelah proses penanganan tanggap darurat selesai, baru kita mulai mengatur rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap rumah-rumah warga yang rusak dan hancur," ujar Wapres. Satu tenda per KK Selain memenuhi kebutuhan pangan, pakaian dan kebutuhan rumah tangga lainnya, pemerintah juga tengah merencanakan penyediaan rumah tinggal sementara berupa satu tenda per KK selama tempat tinggalnya belum diperbaiki. "Pemerintah mulai besok akan mendistribusikan tenda-tenda keluarga yang bisa memuat lima orang, supaya warga bisa tetap tinggal dekat dengan rumahnya," kata Jusuf Kalla. Wapres mengatakan, saat ini tenda-tenda untuk keluarga sebanyak 10.000 seberat sekitar 200 ton telah ada di Medan, dan segera diangkut menggunakan pesawat Hercules. "Dalam dua hingga tiga hari ini ditargetkan semua tenda itu sudah berada di Yogayakarta," katanya. Bencana gempa di Yogyakarta, katanya, berbeda dengan bencana gempa di Aceh yang disertai gelombang pasang air laut (tsunami). Jika di Aceh, seluruh rumah habis tak tersisa, maka di Yogyakarta dan Jawa Tengah, rumah-rumah tersebut hanya mengalami kerusakan atau runtuh sehingga masih bisa diperbaiki. Oleh karena itu, Wapres mengemukakan, pemerintah untuk program rehabilitasi dan rekonstruksi juga akan memberikan bantuan bagi warga yang rumahnya rusak berat senilai Rp30 juta, dan Rp10 juta kepada warga yang rumahnya rusak ringan. "Dengan bantuan tersebut, warga bisa bekerja sendiri membangun rumahnya masing-masing. Pemerintah juga telah meminta pabrik semen, asbes dan lainnya untuk membuka kios-kios dengan harga yang tidak mahal," katanya. Wapres menambahkan, distribusi bantuan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut kemungkinan akan diberikan dalam dua tahap. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006