"Faktanya cadangan energi yang ada hanya dieksplorasi."
Makassar (ANTARA News) - Produksi energi Indonesia terus mengalami penurunan hingga mencapai defisit 300 juta barel per tahun, kata Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari.

"Sejak tahun 2000 penemuan sumber energi minyak dan gas bumi hanya di bawah 50 juta barel per tahun, sementara produksi yang dibutuhkan sekitar 350 juta barel per tahun. Setiap tahun defisit sekitar 300 juta barrel per tahun," kata Rovicky di Makassar, Selasa.

Ia menyebutkan, cadangan minyak dan gas bumi terus mengalami penurunan, sehingga pemerintah terpaksa mencari solusi melakukan impor karena tidak menemukan cadangan baru untuk dilakukan eksplorasi.

Saat ini ekplorasi telah dilakukan di empat titik, seperti daerah Tangguh dan Salawati di Papua, kemudian Masela bagian selatan Timor perbatasan Indonesia dan Donggi Senoro Sulawesi Tengah, namun belum menujukkan hasil yang memuaskan, ujarnya.

"Cadangan energi baru sudah ada tetapi butuh 10 hingga 20 tahun ke depan untuk diekspolitasi. Cadangan yang sudah ada lebih baik konsentrasi pada eksplorasi, sebaiknya bagi hasil kedalam negeri," tuturnya.

Selain itu, ia mengemukakan, pertumbuhan ekonomi hanya enam persen per tahun, sementara Indonesia memerlukan 15 persen per tahun energi untuk mengerakkan perekonomian Indonesia.

"Faktanya cadangan energi yang ada hanya dieksplorasi sehingga membutuhkan waktu lama untuk dieksplorasi recovery. Saat ini belum ada penemuan baru cadangan energi meskipun banyak potensi gas di Indonesia," ungkapnya.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sukhyar, mengatakan bahwa Indonesia masih punya cadangan minyak bumi sekitar 3,9 miliar barel yang belum di lakukan ekspolitasi.

"Cadangan minyak bumi Indonesia terbukti ada sekitar 3,9 miliar barel yang masih ada di perut bumi, dan cadangan sumber daya alam berupa gas sebanyak 104 triliun kubik feat," sebutnya.

Sumber gas tersebut, lanjutnya, berada di wilayah Indonesia Timur yang memiliki cadangan, seperti di Tangguh, Salawati, Donggi Senoro, sedangkan di Abadi bagian barat Indonesia mengandung minyak bumi.

"Kita masih kaya akan gas, sementara minyak bumi tidak terlalu signifikan. Di Indonesia bagian timur lebih banyak gas dari minyaknya," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012