Baghdad (ANTARA News) - Sekira 60 orang tewas dalam rangkaian kekerasan di Irak, Senin, termasuk serangan bom bunuh diri yang menewaskan dua wartawan Inggris. Serangan-serangan itu menggarisbawahi situasi keamanan yang berbahaya di Irak ketika kesepakatan mengenai kementerian-kementerian pertahanan dan dalam negeri tetap sulit dicapai, meski pemerintah baru telah dibentuk pada 20 Mei 2006, lima bulan setelah pemilihan umum nasional. Meski ada pernyataan berulang kali bahwa keputusan akhir mengenai menteri-menteri keamanan akan dicapai dalam waktu dekat, posisi-posisi itu tetap belum terisi karena perselisihan diantara partai-partai politik utama. Dalam serangan paling mematikan, Senin, 14 orang tewas dan 17 orang lainnya cedera ketika sebuah bom meledakkan bis yang membawa orang-orang Irak bekerja dari Khalis, sekitar 80 kilometer sebelah utara Baghdad, menuju Kamp Ashraf, markas sebuah gerakan oposisi Iran. "Para pekerja itu adalah penduduk biasa Irak yang memiliki pekerjaan biasa sejak lama di kota Ashraf," kata Shahriar Kia, seorang jurubicara gerakan tersebut, yang menuduh rejim Iran bertanggung jawab atas serangan di provinsi Diyala itu. Sebanyak 12 orang lagi, termasuk seorang anak, tewas dan 24 lain cedera ketika sebuah bom besar meledak di daerah Adhamiyah Baghdad yang berpenduduk mayoritas Arab Sunni. Hanya beberapa menit kemudian, sebuah bom mobil kedua meledak di distrik yang sama, menewaskan lima orang dan mencederai tujuh lain. Di seberang sungai Tigris, sebuah bis di lingkungan Syiah Kadhamiya meledak, menewaskan tujuh orang dan mencederai sembilan lain. Wartawan-wartawan Inggris yang tewas itu, yang diidentifikasi sebagai kamerawan Paul Douglas (48) dan penata suara James Brolan (42), bekerja untuk jaringan berita CBS News yang berpusat di New York, dan bertugas bersama divisi Infantri IV Amerika Serikat (AS). Mereka berada di luar kendaraan lapis baja Humvee mereka di daerah Karrada di Baghdad ketika kovoi mereka diserang bom mobil bunuh diri, kata militer AS. Seorang kapten militer AS dan seorang penterjemah Irak yang bekerja untuk militer juga tewas dalam serangan itu, yang mencederai parah koresponden CBS Kimberly Dozier, yang memiliki kewarganegaraan ganda AS-Inggris, dan enam prajurit lain AS. Serangan-serangan terakhir itu membuat jumlah prajurit AS yang tewas di Irak sejak invasi menjadi sedikitnya 2.466 orang, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas angka-angka Pentagon. Sedikitnya 18 orang lagi tewas dalam kekerasan lain di Baghdad dan sejumlah penjuru Irak, yang menyoroti peningkatan kekerasan terhadap penduduk biasa Irak yang berusaha menjalankan kehidupan sehari-hari di tengah pemberontakan yang dipimpin Sunni dan peningkatan kekerasan sektarian. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006