Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik melemah 0,9 persen, mempercepat penurunan saat hari perdagangan dibuka
Tokyo (ANTARA) - Saham Asia merosot pada perdagangan Kamis, sementara obligasi dan mata uang safe-haven dolar AS dan yen Jepang menguat, karena meningkatnya bukti perlambatan AS memicu kekhawatiran tentang kemungkinan resesi global.

Investor ekuitas cenderung mengambil untung setelah kenaikan kuat baru-baru ini dan dengan banyak pasar global menuju hari libur untuk Jumat Agung, ketika data penggajian bulanan AS yang berpotensi penting akan dirilis.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik melemah 0,9 persen, mempercepat penurunan saat hari perdagangan dibuka. Indeks telah naik lebih dari 5,0 persen sejak pertengahan Maret hingga ditutup pada level tertinggi 1,5 bulan pada Selasa (4/4/2023).

Nikkei Jepang berakhir turun 1,10 persen, menjadikannya pasar utama dengan kinerja terburuk di kawasan ini bersama KOSPI Korea Selatan yang ditutup tergelincir 1,44 persen.

Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 berakhir melemah 0,14 persen dan indeks komposit Shanghai ditutup turun tipis 0,01 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik tipis 0,01 persen.

Baca juga: Saham Asia dibuka turun, "yield" obligasi tertekan kekhawatiran resesi

Baca juga: Saham Asia tergelincir tertekan kekhawatiran inflasi dan pertumbuhan


"Retakan mulai muncul dalam data ekonomi AS minggu ini, dan kekhawatiran perlambatan muncul kembali," mendorong investor untuk menjual aset-aset berisiko dan beralih ke aset yang lebih aman, termasuk obligasi pemerintah dan dolar, tulis analis IG,Tony Sycamore dalam catatan klien.

"Masuk akal untuk mengatasi beberapa risiko menjelang akhir pekan panjang Paskah," katanya. "Semua mata sekarang tertuju pada rilis data penggajian non-pertanian (NFP) Jumat (7/4/2023)."

Data semalam menunjukkan perusahaan swasta AS mempekerjakan pekerja jauh lebih sedikit dari yang diharapkan pada Maret, menambah tanda-tanda pasar tenaga kerja yang melemah dari awal pekan ini.

Sektor jasa-jasa AS juga melambat lebih dari yang diharapkan, sementara angka awal juga menunjukkan kemacetan di pabrik-pabrik.

Karena tanda-tanda telah terbentuk minggu ini untuk penurunan tajam AS, para pedagang telah memperkirakan Federal Reserve yang lebih dovish. Pasar uang sekarang melihat kemungkinan kenaikan seperempat poin lebih lanjut pada pertemuan Mei versus jeda. Dan pelonggaran 71 basis poin diperkirakan pada akhir tahun.

"Sampai minggu lalu, saya pikir beberapa saham, termasuk teknologi, lebih didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Fed lebih awal (tetapi) sekarang kekhawatiran resesi global adalah faktor yang luar biasa," kata Naka Matsuzawa, kepala strategi pasar Jepang di Nomura Securities, Tokyo.

"Saya tidak berpikir siapa pun di Fed bahkan mengisyaratkan penurunan suku bunga awal tahun ini, jadi dalam artian pasar agak menantang Fed."

Imbal hasil obligasi pemerintah telah turun, dengan obligasi 10 tahun menghasilkan sekitar 3,29 persen di Tokyo, mendekati level terendah hampir tujuh bulan di 3,266 persen yang dicapai semalam.

Itu membantu yen, yang sangat sensitif terhadap imbal hasil AS, menguat terhadap sesama safe-haven greenback.

Dolar tergelincir 0,08 persen menjadi 131,22 yen, tetapi lebih tinggi terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya. Indeks dolar naik 0,14 persen menjadi 102,01, melanjutkan kebangkitannya dari level terendah dua bulan.

Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko dan terkait komoditas masing-masing turun 0,47 persen dan 0,43 persen terhadap dolar AS. Euro turun 0,16 persen menjadi 1,08915 dolar.

Minyak mentah juga berada di bawah tekanan, dengan West Texas Intermediate kehilangan 73 sen menjadi diperdagangkan di 79,88 dolar AS per barel dan Brent turun 74 sen menjadi diperdagangkan di 84,25 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Asia goyah, pengurangan OPEC+, data AS tingkatkan ketidakpastian

Baca juga: Saham Asia naik di kuartal pertama, tetap mewaspadai inflasi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023