Jakarta (ANTARA News) - Hari ini, setahun lalu, seorang mahasiswa Universitas Bung Karno meninggal dunia setelah melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka Jakarta tiga hari sebelumnya. Sondang Hutagalung namanya.

Tanggal 7 Desember 2011, dia nekat membakar diri. Motifnya diduga kekecewaan mendalam terhadap ketidakadilan dan penanganan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

"Terkutuklah buat ketidakadilan, terkutuklah buat ketidakpedulian, terkutuklah buat kemiskinan, terkutuklah buat rasa sakit dan sedih, terkutuklah buat para penguasa jahat, terkutuklah buat para penjahat, setelah aku tidak punya rasa lagi," demikian pesan terakhir Sondang yang ditulis di buku harian kekasihnya.

Hari ini ayah, ibu, famili dan sejumlah kawan aktivis memperingati aksi Sondang di depan Istana Merdeka. Mereka menabur bunga, mengenang kepergiannya.

"Hal yang paling membahagiakan adalah membahagiakan orang lain. Itu sering diucapkan anak saya ketika melakukan aksi," kata sang ayah, Pitor Hutagalung.

Sedihnya, setahun setelah kepergian Sondang, Pitor belum melihat perubahan dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di negara ini.

"Yang paling parah, (terpidana) narkotika yang divonis mati, malah diberi grasi. Cita-cita Sondang tentang penegakkan keadilan belum tercapai," kata dia, kecewa.

"Masih berputar-putar di korupsi. Masalah lain seolah-olah dikubur," katanya serta menambahkan kasus ketiga yang menjadi perhatian khalayak adalah perkara pembunuhan bersekongkol.

Ibunda Sondang, Saur Dame Hutagalung, juga belum melihat wujud keadilan yang didamba putranya di negeri ini.

"Lihat saja, persoalan-persoalan malah makin menjadi-jadi," tuturnya.

Namun dia tidak menganggap pengorbanan putranya sia-sia. "Tidak. Sebab, siapa yang melakukan, dialah yang mewujudkan cita-cita penegakkan HAM," kata Saur yang mengenakan pakaian hitam.


Sebuah harap

Sebagai orang tua, Pitor berharap mimpi putranya tentang keadilan dan penegakan hukum di Tanah Air bisa terwujud.

Dia mengatakan, hanya penyelesaian kasus-kasus HAM, korupsi, narkotika dan perkara pelanggaran hukum lain yang bisa membawa masyarakat dan pemerintah negeri ini kepada kedamaian dan kebahagiaan.

"Kalau dia masih ada, dia akan terus berjuang. Terus menuntut keadilan, apa pun taruhannya," kata Pitor tentang anak bungsunya yang penurut.

Kalau Sondang masih hidup, kenangnya, dia kini sudah meraih gelar sarjana hukum dan mulai berusaha mewujudkan cita-citanya untuk membangun sebuah yayasan pendidikan.

"Sebab banyak yang kekurangan di daerah tempat tinggal kami," tambah Saur, yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat.

Dalam kenangannya, Sondang selalu peduli pada keadaan sekitarnya. "Begitulah caranya dia membahagiakan orang lain," demikian Saur Dame Hutagalung.

(nta)

Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012