Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan fondasi kemampuan pada anak harus dibangun secara bertahap yang salah satunya saat melalui transisi pendidikan dari PAUD ke sekolah dasar (SD).

“Kebijakan ini ditujukan untuk mendorong kesadaran bersama akan pentingnya membangun kemampuan fondasi pada anak secara bertahap," kata Direktur Sekolah Dasar (SD) Kemendikbudristek Muhammad Hasbi di Jakarta, Senin.  

Untuk mencapai tujuan membangun fondasi kemampuan anak secara bertahap, Kemendikbudristek meluncurkan program Merdeka Belajar Episode ke-24 bertajuk Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

Baca juga: Nadiem: Gotong royong dibutuhkan untuk perkuat transisi PAUD ke SD

Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk meluruskan miskonsepsi di tengah masyarakat tentang kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) pada PAUD dan pendidikan dasar kelas awal.

Nantinya program ini akan mencapai tiga target yaitu menghilangkan tes calistung pada penerimaan siswa baru, menerapkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) serta menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan untuk membangun kemampuan fondasi.

Sementara dari sisi guru diharapkan dapat melakukan strategi pembelajaran yang aktif, eksploratif, interaksi positif, dan menyenangkan sehingga fondasi kemampuan anak bisa terbentuk secara maksimal namun tetap bertahap.  

Hasna menuturkan guru diharapkan tidak menerapkan asesmen baik itu lisan atau tertulis untuk menghindari stres yang berlebihan pada anak.

“Namun tetap melaporkan perkembangan anak kepada orang tua atau wali sehingga tercipta komunikasi antara sekolah dengan keluarga,” ujarnya.

Baca juga: Nadiem: Advokasi atasi miskonsepsi transisi pembelajaran PAUD ke SD

Kepala SD Prof. Dr. Moestopo Bandung Masniari P. Pakpahan mengatakan pihaknya tidak pernah memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru.

Menurutnya, penerapan praktik baik yang dilakukan oleh guru kepada siswa akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan percaya diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

“Sekolah kami lebih menekankan pendidikan yang sesuai dengan usia perkembangan anak yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan,” kata Masniari.

Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Kembang (PAUD dan SD) Lestia Prima menjelaskan strategi dalam masa perkenalan peserta didik baru di sekolahnya dilakukan dengan menciptakan komunikasi intens antara siswa, calon siswa, guru dan orang tua calon siswa.

“Sebelum calon siswa menjadi siswa, kami perkenalkan dengan lingkungan sekolah serta calon kakak kelasnya. Lalu kami membuat pertemuan para guru dengan orang tua calon siswa di dalam kelas untuk saling mengenal,” jelas Lestia.

Ketua Yayasan Sekolah Bukit Aksara dan Pendiri Sinau Teacher Training Yuliati Siantajani pun menegaskan para guru harus sadar bahwa siswa saat ini memiliki gaya belajar yang berbeda dengan siswa di masa lalu.

Oleh sebab itu, kini para guru harus melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan perasaan senang.

“Dengan kesadaran dan perubahan mindset, guru akan dengan sendirinya melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran,” tegas Yulianti.

Baca juga: Nadiem: Pendidikan bagi anak harus asah kemampuan holistik

Baca juga: Nadiem: Transisi dari PAUD ke SD harus menyenangkan

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023