Moskow (ANTARA) - Gunung berapi Shiveluch yang terletak di Semenanjung Kamchatka, bagian paling timur Rusia, meletus pada Selasa dan mengirimkan gumpalan abu setinggi sepuluh kilometer sehingga membahayakan penerbangan, demikian dilaporkan Tim Penanggulangan Letusan Gunung Berapi Kamchatka (KVERT).

Tim tersebut mengeluarkan Nota Pemberitahuan Gunung Berapi untuk Penerbangan yang mengingatkan bahwa letupan debu dengan ketinggian hingga 15 kilometer bisa terjadi sewaktu-waktu.

"Aktivitas gunung berapi saat ini bisa mengganggu penerbangan internasional atau pesawat yang terbang rendah," kata KVERT.

Awan abu yang menyertai ledakan itu bergerak ke arah barat dan selatan dengan ukuran 400 km kali 270 km, menurut keterangan Survei Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia cabang Kamchatka.

Media Rusia melaporkan bahwa letusan gunung tersebut tampaknya masih terus meluas.

Oleg Bondarenko, kepala Distrik Ust-Kamchatsy, dalam unggahannya di Telegram mengatakan pemerintah setempat menutup sekolah dan memerintahkan warga untuk tidak keluar rumah.

Gunung Shiveluch, salah satu gunung berapi paling aktif di Kamchatka, diperkirakan meletus sebanyak 60 kali dalam rentang waktu 10.000 tahun. Letusan besar terakhir terjadi pada 2007.

Gunung yang juga disebut Shiveluch Muda, karena memiliki kembaran Shiveluch Tua, itu memiliki ketinggian 2.800 meter dan menurut ilmuwan sangat aktif dalam beberapa bulan terakhir. Sementara, Gunung Shiveluch Tua memiliki ketinggian 3.283 meter.

Menurut Bondarenko, gunung tersebut meletus pada pukul 06.31 waktu setempat dan debu mengguyur desa-desa sekitar, termasuk Klyuchi, dengan ketebalan mencapai 8,5 cm --tertinggi dalam 60 tahun.

"Warga disarankan untuk tetap di rumah dan menghindari perjalanan yang tidak perlu," kata Bondarenko, menambahkan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Gunung Berapi Karymsky di Timur Jauh Rusia Meletus Lagi

Baca juga: Gunung Klyuchevsky di Rusia lontarkan abu setinggi 6.000 meter


 

Gunung Fagradalsfjall Islandia semburkan lava merah berapi

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023