Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) menanggapi positif sanksi yang akan dijatuhkan FIFA kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) agar insan persepakbolaan di negeri ini bisa mengambil hikmah dan mengoreksi diri.

"Sepak bola Indonesia sangat pantas untuk dihukum FIFA seiring semakin semrawutnya sepakbola nasional sejak Djohar Arifin menduduki kursi kepemimpinan PSSI 9 Juli 2011. Sanksi FIFA bukanlah sebuah kiamat bagi persepakbolaan Indonesia," kata Ketua MSBI Sarman Hakim dalam diskusi "Saatnya Indonesia dihukum FIFA" di Senayan, Jakarta, Rabu.

MSBI menekankan hukuman yang akan segera dijatuhkan oleh FIFA itu akan menyadarkan Indonesia dari keterpurukan pengelolaan sepak bola.

"Indonesia belum mampu menunjukkan kepemimpinan dan pengelolaan sepak bola yang dapat dibanggakan. Justru kali ini masuk dalam agenda penyelesaian dualisme persepakbolaan yang semakin berlarut-larut," kata Sarman.

"Seharusnya sepak bola menjadi alat pemersatu strategis dan memberi efek positif bagi perkembangan suatu negara. Bahkan kedudukannya bisa melebihi peran politik dan ekonomi dalam membawa semangat pertumbuhan bangsa dan rakyatnya."

PSSI sebagai pihak pengelola sepak bola tertinggi di Indonesia belum mampu memberikan kemampuan terbaiknya dalam merangsang prestasi sepak bola. Padahal Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar dengan jumlah lebih dari 200 juta penduduk.

Pada pelaksanaan Piala AFF 2010 Indonesia berada di peringkat 127 dari 207 anggota. Tapi dalam kurun dua tahun terakhir Indonesia berada di posisi 169 dunia.

"Bila membandingkan peringkat antara Indonesia dengan Spanyol memang tidak logis. Tapi perlu diingat bahwa jumlah pemain sepak bola kita yang tercatat di FIFA sebanyak 69.960 orang atau terbesar kedua setelah Sang Juara Dunia."

Itu berarti Indonesia memiliki potensi besar untuk berbicara banyak dalam persepakbolaan dunia.

"PSSI tidak menciptakan suatu strategi pembinaan sepak bola yang secara konsisten merangsang prestasi puncak dan berkelanjutan. Contohnya adalah kegagalan meneruskan keberlanjutan kompetisi sepak bola wanita dan pembinaan calon pebola muda berbakat," kata Sarman.

(A061)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012