Jakarta (ANTARA News) - Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Henry Subiakto, menyesalkan banyak tokoh "bersih" yang bebas korupsi dan menginspirasi justru jarang diberitakan media di Indonesia.

"Media sekarang ini lebih banyak memberitakan orang-orang seperti Gayus atau Nazarudin, sementara kita punya tokoh-tokoh bersih tapi jarang diberitakan media," kata Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa Kemenkominfo, Henry Subiakto, di Jakarta, Kamis.

Hal itu kata dia, membentuk persepsi publik yang buruk dan pesimistis di kalangan masyarakat akibat pemberitaan media secara gencar.

Henry mencontohkan, saat ini banyak masyarakat yang menganggap jajaran birokrasi penuh dengan praktik korupsi, di satu pihak tidak banyak masyarakat mengenal tokoh inspiratif yang bebas korupsi.

"Contohnya belum banyak yang tahu keseharian Dirjen Haji padahal Dirjen tersebut kehidupannya sangat sederhana. Bahkan ada orang yang mau mengantarkan undangan ke rumah Pak Dirjen balik lagi karena tidak yakin itu rumahnya lantaran sangat sederhana," katanya.

Menurut dia, persepsi menjadi isu yang sangat penting untuk dibahas dalam kaitannya dengan media karena politik pada dasarnya adalah persepsi.

Misalnya, kata dia, dalam hal penegakan hukum meskipun aparat penegakan hukum telah melakukan tugasnya dengan baik tetapi bila persepsi publik yang dibentuk buruk maka indeks korupsi tetap buruk.

"Indeks korupsi dinilai dari persepsi, tapi penegakan hukum diukur dari apa yang ada dalam persepsi masyarakat," katanya.

Oleh karena itu, ia berharap besar pada Kantor Berita Antara agar mampu mengimbangi pemberitaan yang tidak proporsional yang membentuk persepsi publik yang buruk.

"Jika Antara bisa mengimbangi hal ini maka Antara berguna bagi bangsa dan negara," katanya.


(H016/B008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012