Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menemukan satu penyebab baru dari kebakaran kilang minyak di beberapa tempat, termasuk Kota Dumai, Riau pada Sabtu (1/4).

"Yang kelima ini yang kita temukan, baru ini. Ini adalah corrosion under insulation (CUI). Kita berpikir kalau sudah dipasang insulation, dikasih bantalan, aman. Ternyata tidak," ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam acara Silaturahmi dengan Pemimpin Redaksi Media di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan korosi atau karat terjadi karena terdapat air yang mengendap pada permukaan tangki.

Hal ini terjadi lantaran air yang terdapat dalam tangki tidak berubah menjadi uap sehingga turun ke bawah dan menyebabkan karat, yang pada akhirnya membuat kebocoran hingga mampu meledak.

Baca juga: Dirut Pertamina memastikan kilang minyak beroperasi 100 persen

Sebagai antisipasi di masa mendatang, Pertamina melakukan perubahan material kilang. Perusahaan persero ini juga membangun sistem baru.

"Jadi very technical tapi kurang lebih lima hal inilah yang kita lakukan improvement berdasarkan risiko-risiko yang terjadi hari ini. Namun, untuk mengubah ini bukan hanya mengganti equipment atau materialnya saja tapi kita bangun juga sistemnya, kita improve juga kompetensi orang-orangnya," kata Nicke.

Sebelumnya, ia mengatakan, ada empat penyebab kejadian terbakarnya kilang minyak yakni sambaran petir, meluber, kebocoran hidrogen dan sulfidasi atau endapan sulfur. Hal ini dapat diatasi dengan merevitalisasi kilang-kilang minyak untuk bisa memproses sulfur tinggi.

Ia menyampaikan Pertamina akan terus melakukan perbaikan agar dan mengelola aset yang sudah ada dengan baik.

"Dari hari ke hari dengan semua improvement yang kita lakukan ini, semuanya bisa berjalan lebih baik," ujar Nicke.

Baca juga: Ledakan kuat terdengar dari kilang minyak Pertamina Dumai
Baca juga: Pertamina Balongan pelihara NPU untuk kehandalan operasional kilang
Baca juga: Misinformasi! BBM akan langka karena kebakaran Depo Pertamina Plumpang

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023