Jakarta (ANTARA) - Perusahaan hilirisasi nikel PT Merdeka Battery Materials Tbk (kode saham: MBMA) menetapkan harga pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp795 per saham setelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Presiden Direktur, MBMA Devin Ridwan dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, menyampaikan harga IPO tersebut merupakan level tertinggi dari penawaran yang telah ditetapkan pada rentang harga Rp780 hingga Rp795 per saham.

Merdeka Battery akan menawarkan sebanyak 11 miliar saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan atau 10,24 persen dari total saham perusahaan, serta bisa ditingkatkan menjadi maksimal 12,1 miliar saham atau 11,14 persen dari total saham perusahaan pada saat IPO.

Pada penawaran umum perdana saham yang akan berlangsung pada 12-14 April 2023, MBMA berpotensi meraih dana paling sedikit Rp8,75 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham sekitar Rp85 triliun.

Adapun, distribusi saham entitas usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tersebut secara elektronik akan dilaksanakan pada 17 April 2023, dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan pada 18 April 2023.

“Besarnya penawaran saham yang masuk menandakan bahwa investor juga sangat optimistis dengan prospek bisnis hilirisasi tambang nikel dan pengembangan rantai nilai bahan baku Electric Vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan bermotor listrik yang dikembangkan oleh MBMA," ujar Devin.

Dalam IPO, MBMA menetapkan Penjamin Emisi Efek yaitu PT Indo Premier Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Macquarie Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas, PT Aldiracita Sekuritas Indonesia dan PT Ciptadana Sekuritas Asia.

Melalui PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), MBMA memiliki tambang yang merupakan salah satu sumber daya dengan kandungan nikel terbesar di dunia yang mencapai lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22 persen Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08 persen Co.

Pihaknya menyampaikan kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024 dan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku nikel hingga 20 tahun ke depan.

Untuk mengoptimalkan aset strategis tersebut, Devin menjelaskan MBMA akan terus membangun dan mengembangkan berbagai infrastruktur yang merupakan rantai nilai hilirisasi nikel hingga menjadi bahan baku EV battery.

Pengoperasian dan pengembangan berbagai proyek strategis tersebut tersebut melibatkan berbagai grup bisnis yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, seperti grup Tsingshan, Huayou, serta CATL.

Saat ini, MBMA mengoperasikan smelter RKEF yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang produksi agregat mencapai 38.000 Ni per tahun per 30 September 2022.

Setelah pembangunan atau komisioning smelter RKEF baru, tambang SCM dan proyek AIMI, pihaknya memproyeksikan perseroan bisa menghasilkan 88.000 Nikel per tahun dan 1,2 juta ton asam per tahun.

MBMA saat ini dalam proses persiapan pembangunan pabrik peleburan nikel dengan teknologi High Pressure Acid Lead (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun untuk menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023